Perwatakan tokoh atau karakteristik tokoh dalam cerita hakikatnya lebih penting daripada penampilan fisiknya. Perwatakan karakter yang ditunjukkan melalui sifatnya, tabiatnya, ciri-cirinya, budi pekertinya, bahkan kekurangannya sekalipun, akan memiliki dampak yang lebih signifikan bagi alur cerita dibandingkan tampilan fisiknya.
Namun apa saja sifat, ciri-ciri, dan karakteristik yang harus kamu berikan kepada tokoh cerita untuk membuatnya sempurna?
Membangun Perwatakan Tokoh yang Kuat dalam Penulisan Cerita Fiksi

Dalam artikel yang lain, Penulis Gunung telah membahas mengenai bagaimana cara membangun karakter cerita yang kuat. Apakah kamu sedang membangun karakter tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh figuran, atau bahkan adalah tokoh perempuan, artikel yang tepat sudah bisa kamu temukan di Penulis Gunung.
Tapi bagaimana dengan perwatakan tokoh?
Perwatakan tokoh sejatinya adalah sesuatu yang dinisbatkan kepada tokoh cerita baik ia adalah ciri-ciri, sifat, tabiat, kekurangan, dan sebagainya. Akan tetapi dalam perwatakan sesuai istilahnya, memang berfokus kepada watak (attitude, prilaku, behavior, tabiat, dan sifat) dan sama sekali bukan tentang fisik.
Nah, dalam konteks ini biasanya penulis pemula mengalami kesulitan, karena pada umumnya mereka lebih memprioritaskan ciri fisik daripada perwatakan. Padahal perwatakan adalah bagian yang lebih fundamental daripada ciri fisik semata.
Ketika kamu menyebut sifat seperti berani, penakut, percaya diri, sombong, setia, dan lain sebagainya, maka itu masuk dalam perwatakan. Dan dilihat dari implikasinya terhadap alur cerita, perwatakan memiliki pengaruh yang lebih besar bagi cerita.
Lantas, apa sajakah perwatakan tokoh tersebut?
Perwatakan tentang Martabat dan Nilai-nilai

Perwatakan pertama yang bisa kamu berikan pada tokoh ceritamu adalah martabatnya.
Martabat dalam pengertian ini dapat pula kamu definisikan sebagai values, nilai-nilai, norma-norma, atau apa pun yang itu memiliki konotasi tentang sebuah pandangan hidup yang luhur. Martabat akan selalu berbicara tentang sisi positif yang tokoh cerita miliki dan menjadi satu refleksi yang melekat dalam dirinya sendiri.
Bagi pembaca, martabat yang tokoh cerita miliki menjadi satu cara untuk mengenalnya sebagai pribadi yang baik hati dan luhur. Martabat akan selalu melekat pada diri tokoh protagonis walaupun nanti ia adalah jenis tokoh utama yang anti-hero.
Ingatlah untuk memberikan tidak terlalu banyak perwatakan mulia ini kepada tokoh ceritamu, walaupun ia adalah protagonis. Sifat yang terlampau sempurna dari perwatakan tokoh cerita justru akan membuatnya nampak tidak nyata atau realistis.
Nah sekarang, apa saja yang menjadi nilai-nilai yang dapat menjadi refleksi sebuah martabat luhur untuk perwatakan dalam cerita?
Saya akan menyajikannya dalam tabel berikut ini untuk memudahkan kamu memahaminya.
No | Martabat Perwatakan Tokoh | Definisi atau Contoh |
1. | Religius | Orang yang memiliki keyakinan yang luhur dengan disandarkan pada ajaran agama. Perbuatannya bisa jadi terdorong oleh nilai-nilai spiritual dalam dirinya. |
2. | Harga Diri | Kamu bisa menggunakan prinsip-prinsip sebagai cara meng-eksplore values pride yang dimiliki tokoh cerita. Buat ia tidak merasa ragu untuk mempertaruhkan sesuatu yang berharga baginya demi mempertahankan prinsipnya. |
3. | Berkomitmen | Teguh memegang janji dan bersedia berkorban untuk memenuhi janji tersebut. |
4. | Bertanggungjawab | Bertanggungjawab dan berani mengambil risiko terhadap segala bentuk perbuatan atau aksi yang dilakukan dalam cerita. Kamu bisa mengeksplorasi nilai ini dengan misalnya membiarkan tokoh cerita melakukan kesalahan, kemudian membuatnya bertanggungjawab atas kesalahan tersebut. |
5. | Bermasyarakat | Kamu juga dapat menggunakan pengertian ini sebagai watak tokoh yang bisa bermasyarakat. Artinya, meskipun sudut pandang cerita seringkali berfokus pada tokoh cerita sendiri, namun tunjukkan pula kepeduliannya dalam urusan masyarakat. |
6. | Jujur | Nah, ini adalah salah satu sifat terbaik yang bisa kamu sematkan pada tokoh protagonis ceritamu. Kejujuran adalah bagian penting dalam pondasi nilai luhur. |
7. | Dapat Dipercaya | Ini adalah ciri lain yang masih identik dengan jujur, amanah, dan menepati janji. Jujur adalah karakter unggul untuk menunjukkan tokoh yang mulia, luhur, dan hebat. |
8. | Baik Hati | Baik hati dalam perwatakan tokoh cerita dapat kamu tunjukkan dengan banyak cara. Kamu dapat membangun adegan-adegan dramatis dimana tokoh cerita menunjukkan kebaikan dan kepeduliannya. |
9. | Empati | Adalah sifat yang melebih simpati. Empati cocok untuk menggambarkan tokoh yang bijaksana dan peduli terhadap orang lain dengan ketulusan. |
10. | Kasih Sayang | Kamu bisa menunjukkan kasih sayang yang dimiliki tokoh cerita dengan banyak cara. Jika tokoh ceritanya manusia, kamu juga misalnya dapat membuatnya menunjukkan kasih sayang kepada binatang, dan lain sebagainya. |
11. | Setia | Kesetiaan dalam hal ini dapat kamu tunjukkan pada banyak hal. Setia pada kekasih, setia pada negara, pada ideologi, atau pada apa pun yang sesuai dengan tema ceritamu. |
12. | Independen | Sifat ini bisa kamu tunjukkan dengan sikap tokoh cerita yang tidak dapat didikte oleh siapa pun sehingga ia berlaku merdeka sesuai dengan prinsip yang ia yakini. |
13. | Keberanian | Memberikan tokoh cerita nilai berani juga adalah hal yang bisa kamu lakukan untuk membuat perwatakannyaa lebih jelas bagi pembaca. Berani tidak saja tentang menghadapi musuh di medan perang. Tapi berani mengambil tanggung jawab dan risiko juga dapat menunjukkan nilai keberanian. |
14. | Cinta | Cinta dapat ditunjukkan dengan banyak cara dalam cerita. Cinta kepada negara, agama, kekasih atau apa pun yang kamu anggap penting untuk menegaskan kesan cinta bagi tokoh cerita. |
15. | Berilmu (Berpengatahuan) | Memiliki ilmu berbeda dengan bersekolah, kamu bahkan bisa menunjukkan tokoh yang tidak pernah bersekolah namun memiliki pengetahuan yang luas. |
16. | Gigih | Buat tokoh cerita dalam novelmu tidak mudah menyerah dan terus berjuang untuk mencapai apa yang ia inginkan. |
17. | Tulus | Perwatakan tokoh yang tulus sejalan dengan ikhlas. Ada banyak cara pula untuk medefinisikan sifat ini dalam cerita yang kamu tuliskan. |
Perwatakan Tokoh tentang Kecacatan, Kekurangan dan Sifat Buruknya

Setelah melihat beberapa sifat luhur dan bermartabat untuk memberikan perwatakan tokoh cerita, sekarang bagaimana untuk sifat buruknya?
Seperti halnya ketika kamu memberikan tokoh protagonis sifat-sifat yang mulia dan luhur, membangun perwatakan antagonis juga tidak boleh sembarangan. Sifat-sifat buruk tidak boleh juga kamu hujani pada karakter antagonis secara berlebihan. Bagaimana pun juga, manusia paling jahat sekalipun masih memiliki sisi yang baik.
Jadi, dengan sifat-sifat buruk ini nanti kamu bisa memilih sifat mana yang paling tepat untuk kamu gunakan.
Ingat pula bahwa tujuan utama dalam memberikan sifat-sifat tidak terpuji ini adalah untuk membangun perwatakan tokoh. Oleh karena itu, pertimbangkan hanya sifat yang memiliki korelasi dalam cerita dan mampu menyempurnakan karakternya saja yang kamu gunakan.
No | Sifat Buruk Perwatakan Tokoh | Definisi atau Contoh |
1. | Munafik | Ini adalah sifat yang sangat buruk dan harusnya protagonis tidak memiliki ini. Munafik seringkali terjadi dengan membiarkan tokoh cerita berkhianat, mangkir, tidak menepati janji, dan cenderung bermuka dua. |
2. | Sombong | Arogansi adalah sifat dimana tokoh merasa bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap orang lain lebih rendah. |
3. | Kejam | Biasanya ini hadir dalam diri antagonis. Kekejaman dapat kamu eksplorasi dengan banyak cara untuk menunjukkan bahwa tokoh tidak memiliki belas kasihan. |
4. | Keras Kepala | Kamu dapat menghubungkan ini dengan kecerobohan jika ia melekat pada diri tokoh protagonis. Artinya, karena ia keras kepala membuat tokoh cerita jatuh dalam kesulitan-kesulitan. |
5. | Tidak Sabaran | Tidak sabar juga identik dengan ceroboh. Ini adalah sifat yang menarik pula untuk kamu eksplorasi sebagai sebuah kecacatan karakter cerita. |
6. | Pesimis | Tokoh protagonis yang kalah dengan antagonis dan merasa tidak yakin untuk menang dapat menghadirkan sifat pesimis. Kamu dapat menyempurnakannya dengan memberikan perkembangan dalam alur cerita setelahnya. |
7. | Agresif | Agresif memiliki derajat yang lebih jauh dari tidak sabaran. Jadi tokoh yang agresif cenderung bertindak angkuh dan kurang memiliki rasa empati. |
8. | Tumpul | Kamu bisa menggunakan kata lain untuk maksud ini. Definisinya adalah kurang tanggap, tidak cekatan, dan mengalami masalah secara intelektual. |
9. | Cepat Marah | Pemarah berbeda dengan cepat marah. Sifat pemarah melekat pada diri tokoh cerita melalui responnya yang seringkai emosional. Sementara cepat marah dapat kamu persepsikan pada watak tokoh untuk sementara waktu. |
10. | Peragu | Ragu juga adalah sifat buruk yang bisa membuat tokoh cerita mati langkah dalam bertindak. Untuk efek dramatis, kamu bisa membuat karaguan tokoh justru mengakibatkan hal yang buruk bagi dirinya sendiri. |
11. | Insecure | Minder juga dapat kamu tumbuhkan pada karakter cerita untuk memberikan perspektif yang lebih kaya. Pada beberapa tokoh, sifat minder seperti ini bahkan misalnya dapat kamu tutupi dengan aksinya yang seakan-akan sangat percaya diri. |
12. | Tidak Peka | Kepekaan adalah hal yang dapat menjadi kelebihan karakter cerita. Sebaliknya tidak peka dapat menjadi kelemahannya. Peka dalam hal ini memiliki makna yang luas. Bisa peka perasaan, firasat, fisik, dan lain sebagainya. |
13. | Penakut | Bisa saja tokoh cerita yang pemberani itu berasal dari seseorang yang sebelumnya penakut. Atau, dalam situasi lain kamu juga bisa membuat bahwa tokoh antagonis yang menjadi dalang segala kejahatan itu sebenarnya adalah seorang penakut. |
14. | Canggung | Kamu juga bisa menggunakan istilah grogi untuk sifat buruk atau kekurangan yang ini. |
15. | Tidak Bisa Dipercaya | Jelas ini adalah lawan dari sifat amanah dan dapat dipercaya. Ini adalah kekurangan yang bagus untuk menegaskan perwatakan tokoh cerita yang culas misalnya. |
16. | Pendendam | Buat tokoh cerita tidak dapat dengan mudah melupakan rasa sakit hatinya. Bahkan lebih jauh, kamu juga dapat membangun karakter yang melakukan segala upaya untuk membalaskan sakit hatinya. |
17. | Egois | Mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain. |
18. | Pemalu | Malu yang berlebihan juga dapat menjadi kelemahan tokoh cerita dan menjadi kendalanya untuk mencapai tujuan. Jika tokoh protagonismu adalah perempuan, kekurangan ini dapat lebih jauh kamu eksplorasi. |
19. | Manipulatif | Ini adalah sifat tokoh cerita yang menipu, mengakali, atau melakukan tindakan manipulasi untuk mencapai tujuannya. Cerita dengan genre fiksi urban atau misteri ideal untuk mengimplementasikan karakter ini dalam cerita. |
20. | Dramatic | Suka berlebih-lebihan. Ini juga adalah kelemahan yang bisa kamu gunakan untuk memperkuat karakter negatif tokoh cerita. |
Ciri-ciri Umum untuk Perwatakan Tokoh Cerita

Selain membangun perwatakan tokoh dengan memberikannya sifat-sifat mulia dan sifat-sifat buruk, kamu juga dapat melengkapinya dengan memberikan ciri-ciri umum pada tokoh cerita.
Beberapa ciri umum ini mungkin memiliki kesamaan dengan sifat baik atau nilai-nilai luhur tokoh cerita. Namun sebagian lain cenderung lebih netral. Artinya itu hanyalah ciri-ciri perwatakan tokoh saja dan tidak memberikan kecendrungan kepada kejahatan atau pun kebaikan.
Lantas, apa sajakah ciri-ciri umum tersebut?
No. | Sifat atau Ciri-ciri Umum | Definisi atau Contoh dalam Cerita |
1. | Percaya Diri | Pede adalah hal yang bisa menjadi ciri umum tokoh cerita, baik ia protagonis maupun antagonis. |
2. | Kreatif | Perwatakan tokoh yang kreatif memberikan ia penilaian yang menarik bagi pembaca. Orang jahat atau orang baik dapat sama-sama bertindak kreatif. |
3. | Anggun | Anggun sering disematkan dengan penampilan fisik dan estetika. Namun keanggunan dalam karakter perwatakan juga bisa kamu bangun untuk memberikan kesan yang elegan dan berkelas untuk tokoh cerita. |
4. | Tanggap | Atau responsif. Cepat memberikan tanggapan terhadap kondisi apa pun. |
5. | Netral | Tidak memihak kepada sisi mana pun. Netralitas juga bisa dikembangkan menjadi sifat negatif atau pun positif sebagai perwatakan dalam cerita. |
6. | Athletis | Ini lebih kepada penampilan fisik untuk tokoh cerita pria. |
7. | Ceria | Watak tokoh yang ceria umumnya dapat memberikan pengaruh positif bagi lingkungannya. Baik ia antagonis atau pun protagonis. |
8. | Rajin | Rajin juga adalah watak yang netral dalam cerita. Siapa pun bisa menjadi sangat rajin apakah ia buruk atau jahat. |
9. | Antusias | Antusias bisa sejalan dengan rajin, juga bisa sama menariknya dengan sifat tanggap bagi tokoh cerita. |
10. | Rasional | Watak tokoh yang berpikiran terbuka dan rasional. Biasanya tokoh cerita dengan sifat ini memiliki wawasan yang luas, terlepas apakah ia jahat ataukah baik. |
11. | Intuitif | Adalah kemampuan mengikuti gerak hati atau bisikan yang digunakan tokoh cerita dalam bertindak. |
12. | Dapat Diandalkan | Baik ia penjahat atau pahlawan, sifat dapat diandalkan ini bisa kamu gunakan untuk memperkuat wataknya. |
13. | Lembut | Lembut juga adalah sifat netral yang dapat dimiliki oleh tokoh cerita apa pun. Protagonis dan antagonis, semuanya dapat memiliki ciri sebagai orang yang lembut. |
14. | Sederhana | Kesederhanaan ini bisa dalam bentuk penampilan atau gaya hidup. Supaya lebih kuat masuk ke benak pembaca, berikan satu dua adegan yang menunjukkan kesederhanaan tokoh cerita. |
15. | Tenang | Tenang saat menghadapi kondisi sulit adalah salah satu ciri-ciri orang berkelas. Penjahat-penjahat paling hebat biasanya memiliki sifat ini. Di pihak lain, tokoh protagonis, gurunya, atau orang baik yang lain juga dapat memiliki sifat tenang yang sama. |
Beberapa Tips Menbangun Watak Tokoh Cerita
Nah, untuk memudahkan kamu memilih dan menentukan sifat mana saja yang tepat untuk kamu gunakan dalam membangun perwatakan tokoh cerita, berikut beberapa tips yang bisa kamu gunakan.
1. Jangan Berikan Semua Sifat Baik pada Tokoh Protagonis
Tips pertama dalam membangun watak tokoh cerita adalah dengan memastikan protagonisnya tidak kamu mandikan dengan semua sifat luhur nan mulia. Artinya, meskipun protagonis adalah tokoh jagoan dan orang baik dalam cerita, bukan berarti ia memiliki semua sifat baik dalam dirinya.
Pertimbangan paling penting dalam membangun perwatakan tokoh cerita adalah unsur realistiknya. Artinya, ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Jadi, jika kamu menulis cerita yang tokoh protagonisnya bukanlah seorang nabi, maka ia pasti memiliki sifat lain yang menimbulkan kecacatan dalam dirinya. Bisa saja ia adalah kurang peka, sombong, pelit, tidak cekatan, dan lain sebagainya.
Supaya lebih mudah dalam bagian ini, setidaknya beri tokoh protagonis dalam cerita satu atau dua watak yang identik dengan kelemahannya. Bisa jadi ia gampang marah, bisa jadi ia emosional. Di samping membuat karakternya tampak nyata, hal ini juga membuat kamu lebih gampang membangun konflik dalam alur ceritanya sendiri.
2. Jangan Berikan Semua Sifat Buruk pada Tokoh Antagonis

Sebaliknya juga demikian, antagonis tidak tepat juga jika kamu penuhi wataknya dengan keburukan-keburukan semata.
Cobalah berhenti untuk beranggapan bahwa semua orang jahat tidak memiliki sisi baik dalam dirinya. Bahkan orang dengan paling kejam pun masih memiliki sifat baik dalam dirinya. Dengan cara ini kamu dapat menumbuhkan simpati pembaca padanya sebelum kamu ungkapkan jati diri antagonis yang sebenarnya.
Jadi, berilah karakter orang jahat dalam ceritamu satu atau dua sifat baik. Percayalah, ini justru akan membuat ceritamu menjadi lebih menarik.
3. Hanya Gunakan Watak Tokoh yang Mendukung Tujuan Cerita
Tips selanjutnya dalam membangun perwatakan tokoh adalah dengan memastikan kamu hanya memberikan tokoh cerita watak yang sesuai. Sesuai dalam pengertian ini adalah, bahwa watak yang diberikan memiliki korelasi dengan tujuan cerita, konflik, dan alurnya sendiri.
Jika watak jenius dibutuhkan dalam cerita petualangan misalnya, maka kamu bisa memberikannya pada tokoh. Namun jika watak jenius itu tidak terlalu dibutuhkan, maka jangan paksakan diri untuk memberikannya.
Intinya, jangan paksakan tokoh memiliki satu watak, tabiat, ciri-ciri atau nilai-nilai hanya karena kamu menyukainya. Pastikan perwatakan tersebut ada hubungan dengan bangunan cerita.
4. Seimbangkan Watak dengan Penampilan Fisik Tokoh Cerita

Keluarlah dari stereotip yang beranggapan bahwa orang jahat itu selalu berpenampilan dekil dan tak sopan. Penampilan memang penting, namun jangan terjebak dalam stereotip murahan yang bahkan ikut membuat masyarakat melakukan penghakiman sosial karena penampilan.
Ada banyak penjahat paling buruk justru memiliki penampilan layaknya malaikat. Atau sebaliknya, tidak sedikit pula manusia-manusia dengan sifat mulia yang justru ada di dalam raga orang-orang yang sangat ‘biasa’.
Kamu bisa menyeimbangkan tabiat dan perwatakan tokoh dengan penampilannya. Tapi sekali lagi, jangan terjebak stereotip.
5. Ingat untuk Mengikuti Prinsip Busur Karakter
Harus ada perkembangan watak karakter pada awal cerita dan pada akhir cerita. Ini adalah rumus utama dalam busur karakter.
Jadi, jika pada awal cerita kamu membuat watak tokoh adalah seorang penakut, maka pada akhir cerita kamu dapat membuatnya menjadi berani. Keberanian ini tentu saja merupakan buah dari perkembangan cerita dimana tokoh dituntut untuk mengubah sifat penakutnya supaya bisa mengatasi konflik.
Dan itulah yang disebut dengan busur karakter.
Dari pelit menjadi dermawan, dari sombong menjadi empati, dari pendendam menjadi pemaaf, dan lain sebagainya. Intinya, gunakan busur karakter untuk menggambarkan adanya perkembangan watak karakter dalam cerita.

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 23 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.
Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.
Tulisan dan karya saya yang lain dapat dibaca pula pada beberapa tautan berikut;
Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.
Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini: