7 Tips Memulai Paragraf Baru dalam Menulis Novel

Memulai Paragraf Baru

Jadi, tepatnya kapan seorang penulis harus memulai paragraf baru dalam menulis novelnya?

Ini adalah pertanyaan yang sederhana dan sebenarnya juga mudah dalam praktiknya. Namun, bagi beberapa penulis pemula yang belum benar-benar terbiasa menulis cerita yang panjang seperti novel, perpindahan paragraf bisa saja membuatnya ragu.

Nah, jika kamu juga mengalami masalah yang sama dalam hal memulai paragraf baru ketika menulis novel atau cerpen, artikel kali ini saya tulis untukmu.

Kapan Seharusnya Memulai Paragraf Baru dalam Menulis Novel?

Memulai Paragraf Baru

Ada beberapa alasan mengapa seorang penulis seharusnya menghentikan uraian dalam paragrafnya dan memulai yang baru. Paragraf yang terlalu panjang cenderung cepat membuat pembaca kehilangan fokus sekaligus kelelahan. Pada kondisi yang lain, paragraf yang terlalu panjang juga membuat pembaca tidak memiliki kesempatan untuk bernapas, beristirahat, dan mungkin sedikit rileks mengikuti cerita.

Dalam menulis novel atau cerita dengan kemasan yang berbeda seperti biografi, memoar, cerpen atau apa pun, memulai paragraf baru memiliki aturannya sendiri. Pada saat tokoh baru muncul dalam cerita, pada saat dialog baru, setting berubah, dan sudut pandang kamera bergerak, paragraf seharusnya diperbaharui.

Tujuan dari hal ini adalah supaya perhatian pembaca dapat kembali berfokus pada gagasan baru dalam narasi cerita tersebut. Apakah ia adalah tokoh, setting, dialog atau apa pun yang kehadirannya membutuhkan dukungan yang tepat dari penulis supaya maksimal. Dan memulai paragraf baru adalah salah satu caranya.

Lantas, apa saja penyebab mengapa seorang penulis harus memulai paragraf baru dalam novelnya?

1. Ketika Tokoh Cerita Baru Muncul atau Datang

Seorang penulis sudah semestinya memperbaharui paragraf novelnya ketika karakter cerita yang baru muncul. Artinya, jika kamu menulis dalam sebuah adegan dimana hadir satu karakter cerita baru dalam adegan tersebut, maka kahadirannya itu harus ditunjukkan dengan paragraf yang baru.

Pengertian ‘tokoh cerita baru muncul’ dalam hal ini tidak berarti bahwa tokoh cerita tersebut benar-benar baru atau baru akan kamu perkenalkan. Namun tokoh cerita yang sudah pembaca ketahui namun muncul atau hadir pula dalam sebuah adegan, maka penulis harus memulainya pula dengan paragraf baru kembali.

Contoh;

Tiba-tiba, sedang mereka bercengkrama demikian rupa, datanglah dengan melalui pematang sawah, seorang perempuan dengan diiringkan oleh seorang anak kecil laki-laki.

(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck – Hamka)

2. Ketika Tokoh Cerita Baru Berkata, Bereaksi, atau Melakukan Sesuatu

Pada saat tokoh cerita berkata, bereaksi atau melakukan sesuatu dalam cerita, seyogyanya juga paragraf baru dimulai. Hal ini meskipun tokoh cerita tersebut sudah ada dalam adegan yang sama sebelumnya. Namun ketika reaksinya baru atau ia melakukan/mengatakan sesuatu maka baiknya penulis memulai hal tersebut dengan paragraf baru.

Contoh:

Omar mengangkat kepalanya, ia semakin merasa aneh dengan sambutan penjaga berkacama ini.

MMA Trail – Anton Sujarwo

Tandu! Turunkan tandu!” pria berkumis itu berbicara agak keras sambil mendekatkan mulutnya pada mikrofon radio komunikasi yang melekat pada helm dikepalanya.

Merapi Barat Daya – Anton Sujarwo

3. Ketika Tokoh Cerita Baru Memikirkan Sesuatu

Memulai Paragraf Baru

Rumusnya sama dengan poin sebelumnya yakni paragraf baru digunakan ketika tokoh cerita baru memikirkan sesuatu dalam sebuah adegan cerita.

Pada dasarnya ini bukanlah hal yang mutlak, namun dengan memberikan paragraf baru, pembaca akan lebih untuk mengidentifikasi dan mengingat apa yang sebenarnya dipikirkan oleh tokoh cerita tersebut.

Contoh:

Omar terdiam sejenak. Suara hatinya yang terakhir seolah benar-benar membuat seluruh dirinya terhenyak. Semua yang ia alami barusan, haruslah menjadi sebuah pelajaran yang bisa ia selami pesannya.

MMA Trail – Anton Sujarwo

4. Ketika Ide Baru Muncul

Pada saat muncul ide baru atau gagasan baru dalam cerita, kamu juga dapat memulai paragraf baru.

Ide dalam konteks ini bukanlah ide yang mungkin kita pahami dalam istilah yang umum, yaitu gagasan dan percikan kreativitas. Ide dalam novel yang dimaksud  adalah perubahan situasi, kondisi, perbuatan, gerakan, respon, atau apapun dalam cerita baik yang dilakukan oleh tokoh cerita atau pun terjadi dalam settingnya.

Contoh:

Pada malam setelah memukuli isterinya, ia menemui tuan tanah yang sebidang tanahnya di hutan akan dijual.

Leo Tolstoy – Si Tua Korney Vasiliev

5. Ketika Peristiwa Baru Terjadi

Bahkan ada sebuah keharusan untuk memulai paragraf baru ketika terjadi sebuah peristiwa baru dalam novel yang kamu tuliskan. Peristiwa dalam pengertian ini adalah kejadian apa pun dalam adegan cerita yang baru. Baik ia dilakukan oleh tokoh cerita atau pun terjadi dalam setting.

Setiap ada sebuah peristiwa baru atau kejadian baru dalam adegan cerita yang kamu tulis, maka mulailah sebuah paragraf baru untuk menceritakannya.

Contoh:

Beberapa saat kami duduk di dalam pondokan. Api berderak dengan nyaring di dalam perapian, sementara Moria menyiapkan makan malam.

Gemerisik Suara Hujan – Korolenko

6. Ketika Setting Berubah

Memulai Paragraf Baru

Pada saat setting atau latar mengalami perubahan dan menampilkan sesuatu yang baru bagi pembaca, penulis wajib memulainya dengan sebuah paragraf baru.

Perlu juga untuk kamu ingat bahwa setting bukan hanya tempat dan waktu. Namun latar belakang keyakinan, budaya, adat istiadat, situasi politik dan sejenisnya juga dapat menjadi setting dalam penulis cerita.

Nah, setiap kali terjadi perubahan setting atau muncul sebuah latar baru dalam cerita, maka itu adalah saat bagi penulis untuk memulai paragraf baru.

Contoh:

Di Pos Pendakian Gunung Merapi via New Selo, Omar disambut dengan dingin oleh beberapa pemuda yang kebetulan sedang menjaga tempat tersebut.

MMA Trail – Anton Sujarwo

7. Ketika Pembaca Membutuhkan Istirahat dalam Paragraf yang Panjang

Ada beberapa penulis yang kadang mampu menulis paragraf-paragraf panjang yang bahkan memenuhi satu halaman penuh sebuah buku atau lebih. Paragraf dengan tipikal panjang seperti ini cenderung lebih mudah membuat pembaca merasa lelah dan bosan.

Meskipun demikian, membuat paragraf yang panjang tidak ada salahnya. Selama topik penceritaan masih relevan dan belum ada keharusan untuk memulai paragraf baru, kamu tetap dapat melanjutkan sebuah paragraf.

Hal yang penting untuk kamu ingat adalah dengan membuatnya lebih variatif. Artinya dalam beberapa paragraf yang panjang, berikan pula paragraf yang pendek. Atau sebaliknya, dalam paragraf yang pendek dan singkat, tambahkan satu atau dua paragraf yang panjang untuk menambah kesan keseriusan novel yang kamu tulis.

Intinya, cara ini akan memberikan kesempatan bagi pembaca untuk mengambil jeda dan beristirahat dari membaca. Dan itu penting bagi mereka dan bagi cerita novelmu juga.

8. Setiap Kali Kamera Bergerak

Kamera dalam pengertian ini berlaku untuk dua kondisi, yaitu sudut pandang kamera dalam penulisan skenario yang jelas-jelas menggunakan alat berupa kamera pada implementasinya. Atau ‘kamera’ dimana kamu sebagai penulis ingin memperlihatkan sesuatu yang baru dalam cerita kepada pembaca.

Baik ia dalam pengertian menulis skenario atau ia dalam pengertian menulis novel, bergeraknya ‘bola mata kamera’ untuk merefleksikan sudut penceritaaan wajib dimulai dengan paragraf baru.

Contoh:

Tumpang tindih oleh suara anak-anak, bergaung pula dengan indah shalawat tahrim yang merasuk ke dalam kalbu, indah mendayu penuh rasa haru, membangkitkan cinta dan kerinduan kepada baginda Rasulullah.

Merapi Barat Daya – Anton Sujarwo

9. Ketika Informasi yang Diberikan Tidak Berkaitan

Cerita adalah kumpulan-kumpulan informasi yang ditulis oleh penulis sehingga membentuk narasi, alur, konflik dan lain sebagainya. Informasi yang demikian banyak ini kadang-kadang antara satu dengan yang lainnya tidak berkaitan sehingga dalam penyajiannya membutuhkan jarak agar tidak membingungkan pembaca.

Jadi, jika kamu misalnya memberikan dua informasi kepada pembaca yang dua informasi itu sendiri tidak berkaitan, maka buatlah paragraf baru untuk memberikannya perbedaan. Ini akan membantu pembaca untuk dapat merasakan bahwa dua informasi tersebut berada pada tempat yang berbeda untuk mereka cerna.

Intinya adalah, memulai paragraf baru dibutuhkan untuk memberi jarak pada dua informasi yang berbeda.

10. Ketika Membutuhkan Penekanan, Nada atau Irama dalam Sebuah Topik Cerita

Ketika kamu menuliskan bunyi dahan kayu yang patah, pedang yang beradu dalam adegan pertarungan, pistol yang meletus, atau bunyi apa pun dalam cerita yang membutuhkan penekanan, maka gunakanlah paragraf baru.

Penekanan atau nada dalam sebuah topik akan sangat terasa implikasinya bagi pembaca jika ia dibuat dalam paragraf yang baru. Bahkan pada banyak karya prosa, jenis kebutuhan seperti harus ada dalam paragraf baru dan ia berdiri sendiri.

Contoh:

Dor!

Suara pistol di tangan Vania meraung ketika amarahnya yang tak tertahan meremas pelatuk benda itu dengan geram!

11. Ketika Waktu Bergerak Maju atau Bergerak Mundur

Ini bukan sebuah mandatory untuk memulai paragraf baru, namun harus disesuaikan dengan kondisi dan situasinya. Penulisan flashback atau waktu bergerak mundur dapat saja ditulis tanpa memulai paragraf baru. Begitu pula misalnya jika waktu bergerak maju pada saat tokoh cerita berkhayal atau setting masa depan penulis bocorkan bagi pembaca.

Namun untuk mendapatkan efek yang lebih kuat bagi pembaca, memulainya dengan paragraf baru lebih dianjurkan.

Contoh:

Salim menghempaskan tubuhnya di atas kasur tua yang sudah mulai terasa membatu di beberapa bagian itu. Terbayang lagi dalam benaknya peristiwa sepuluh tahun lalu ketiwa Marsinah masih tinggal bersamanya.

(Flashback)

Pandangan Salim menerawang menembus atap asbes kamarnya yang tanpa plafon. Ia membayangkan kehidupan yang sangat indah di masa depan jika saja Marsinah bersedia menikah dengannya.

(Waktu bergerak maju)

12. Ketika Deskripsi tentang Satu Hal Berakhir dan Sesuatu yang Lain Dijelaskan

Memulai Paragraf Baru

Rumus terakhir untuk memulai paragraf baru dalam novel yang kamu tulis adalah ketika penjelasan untuk satu hal telah selesai dan kamu ingin menjelaskan hal yang berbeda. Konsepnya juga sama dalam hal ini bahwa kamu bisa menggunakan paragraf yang sama, namun akan lebih efektif jika menggunakan paragraf yang baru.

Pada saat menggambarkan sifat karakter cerita yang pemarah misalnya, kamu bisa menjelaskan dengan panjang lebar mengapa ia menjadi pemarah, apa yang membuatnya marah, dan lain sebagainya.

Namun ketika kamu ingin pula menjelaskan bahwa dibalik sifat pemarahnya karakter cerita juga memiliki sifat empati, maka itu harus dilakukan dengan paragraf baru. Artinya ketika penjelasan tentang sifat pemarahnya selesai dan akan berganti mengenai penjelasan sifat empatinya, maka mulailah dengan paragraf baru.

Kesimpulan

Memulai paragraf baru dalam penulisan cerita baik ia dalam bentuk cerpen, novel, biografi atau apa pun, adalah bantuan bagi penulis untuk menyempurnakan penyajian ceritanya. Dalam satu sisi ini dapat membantu pembaca supaya bisa lebih mudah memahami jalannya cerita, dan pada sisi yang lain juga membuat penceritaan lebih jelas dan lebih mudah diterima.

Dengan memulai paragraf baru pada waktu dan tempat yang tepat, sajian ceritamu akan semakin menarik bagi pembaca. Atau dengan kata lain, pesan yang terkandung dalam cerita juga akan lebih mudah untuk sampai kepada pembaca.



A Wan Bong

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 23 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan dan karya saya yang lain dapat dibaca pula pada beberapa tautan berikut;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini:

Related Posts