Storytelling sama sekali bukan tentang teknik, metode, atau tips-tips yang memukau. Storytelling lebih daripada itu, ini adalah tentang seni dan mahakarya dalam bercerita. Sebagai seni, tentu saja storytelling akrab pula dengan imajinasi, instuisi, inovasi, kreatifitas, keterampilan dan latihan.
Kamu tidak bisa menjadi seorang storyteller hebat hanya dengan sekali duduk atau setelah mengikuti satu kali kursus storytelling. Untuk menjadi seorang yang hebat dalam bercerita, kamu harus melalui proses yang panjang dan mungkin melelahkan.
Terdengar menakutkan, ya?
Tidak juga sebenarnya, terutama jika kamu tahu bahwa storytelling telah menjadi kunci pada kesuksesan banyak hal.
Para pemasar atau sales menggunakan storytelling untuk mengeksekusi prospek. Para pembicara, penceramah, politikus, pengacara, guru, penulis dan profesi apa pun yang mengharuskan kamu berinteraksi dengan orang lain secara intens, storytelling telah menjadi bagian paling menarik yang menentukan kesuksesannya.
Nah, jika kamu adalah salah satu dari orang yang membutuhkan story telling atau storytelling dalam mencapai tujuanmu, artikel dari www.penulisgunung.id kali ini saya tulis untuk kamu.
Kamu punya kisah hidup menarik untuk ditulis menjadi buku namun bingung cara menuliskannya?
Pengertian Storytelling

Jadi, apa sebenarnya storytelling itu?
Berdasarkan definisi Wikipedia, storytelling adalah sebuah cara untuk menyampaikan suatu cerita kepada para penyimak, baik dalam bentuk kata-kata, gambar, video, tulisan, foto atau pun suara.
Akan tetapi pengertian storytelling yang lebih menarik adalah suatu proses yang mendayagunakan fakta atau narasi sebagai cara mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain yang menjadi penyimak ceritamu. Beberapa cerita dalam storytelling adalah nyata, sementara yang lainnya bisa saja adalah improvisasi pencerita supaya pesan cerita bisa diterima dengan lebih baik
Storytelling adalah salah satu bahasa yang paling universal dan dapat diterima oleh semua kalangan. Cerita akrab untuk orang-orang kaya, cerita biasa diperdengarkan pada para bangsawan di masa lalu, dan cerita juga adalah sesuatu yang sangat lazim dituturkan di tengah rakyat jelata. Pendek kata, storytelling adalah jenis komunikasi yang paling efektif di berbagai lapisan sosial masyarakat.
Meskipun storytelling adalah bahasa yang menyentuh semua kalangan dan semua bisa bercerita, uniknya, hanya sedikit orang yang benar-benar hebat melakukannya. Kamu mungkin mengenal salah satu di antara mereka sebagai penceramah, mubaligh, pelatih, penulis konten, guru atau apa pun sebutannya. Dalam bertutur, orang-orang ini seakan memiliki pesona yang tak terkalahkan.
Orang-orang dengan kemampuan seperti ini telah menganggap bahwa bercerita itu seperti halnya melukis. Perbedaannya adalah, pelukis melukis dengan media kuas dan cat, storyteller atau pendongeng menulis dengan kata-kata. Persamaannya; mereka sama-sama mampu memberikan imajinasi yang sempurna di benak orang lain yang menjadi pemirsa karya mereka.
Nah, sebelum mempelajari struktur storytelling seperti apa yang paling efektif, sekarang mari me-refresh kembali mengapa mendongeng atau storytelling adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dipelajari.
Mengapa Harus Storytelling?

Ada demikian banyak alasan yang menjadi motivasi mengapa orang-orang memilih storytelling.
Sales atau tim marketing mempelajari hal ini untuk meningkatkan penjualan, guru mempelajarinya untuk mencapai tujuan pendidikan, terapist mengaplikasikannya untuk kesembuhan pasien, dan lain sebagainya.
Akan tetapi sebelum lebih jauh berbicara tentang tema yang lebih luas seperti itu, kali ini saya akan mengajak kamu untuk berfokus pada mengapa harus memilih storytelling? Mengapa bukan data-data, angka-angka, presentasi, atau pun analisis informasi formal lainnya.
Nah, berikut adalah alasannya.
1. Karena Cerita Mampu Menginspirasi dan Memotivasi

Manfaat storytelling yang pertama adalah karena pilihan ini memiliki dampak yang jauh lebih baik dalam menginspirasi dan memotivasi orang lain.
Berapa banyak orang yang tertarik untuk bergabung dalam misalnya; multilevel marketing, karena mendengar cerita bahwa orang-orang yang lebih dulu bergabung telah sukses dan kaya raya.
Cerita tentang bagaimana mereka mendapat reward mobil, uang, perhiasan, rumah bahkan pesawat terbang, telah bermain dalam benak dan mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal serupa.
Terlepas dari apakah multilevel marketing tersebut menyampaikan fakta atau mengada-ada, yang jelas metode storytelling jelas menguntungkan buat perusahaan mereka.
Cerita bagimana pun juga, jauh lebih menarik dari sederet angka dan data. Cerita akan masuk ke otak, ke hati dan mengemudikan emosi seseorang untuk tertawa, menangis, haru, benci, marah atau yang paling umum dari tujuan para sales, adalah membeli sesuatu.
2. Karena Cerita Mampu Membangun Rasa Kebersamaan

Alasan kedua yang juga menjadi manfaat storytelling adalah kemampuannya membangun kebersamaan manusia.
Cerita tentang Malin Kundang bagaimana pun juga akan mengingatkan pendengarnya tentang anak yang durhaka.
Perasaan marah akan terbangun ketika mendengar cerita itu. Tidak perduli apakah kamu seorang remaja, mahasiswa, orang tua, anggota partai, pejabat, pedagang atau pedagang keliling, kemarahanmu akan terusik jika kisah itu kamu dengar oleh orang yang tepat.
Apa pun latar belakang seseorang, storytelling singkat yang mampu pendongeng bawakan dengan efektif akan memberikan imbas yang kuat. Storytelling memiliki kemampuan membangun kebersamaan di antara para pendengar atau pemirsanya untuk mencapai satu tujuan yang sama.
3. Karena Cerita Mampu Menyederhanakan Sesuatu yang Rumit

Seorang guru matematika mengumpamakan sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan rumus matimatika yang rumit. Seorang ustadz atau da’i, juga memberikan contoh yang lebih konkret untuk memberikan contoh penerapan dalam konsep ibadah seperti sedekah, hak waris, dan semacamnya.
Kamu pernah menjumpai hal semacam itu, bukan?
Itu adalah manifestasi dari manfaat storytelling sebagai cara membuat yang abstrak dan rumit, menjadi sesuatu yang jauh lebih jelas dan sederhana.
Dengan mengambil perumpamaan yang kamu narasikan dalam cerita, kamu bahkan bisa menyampaikan sebuah pesan yang berat, njlimet, dan mungkin tidak masuk akal sekali pun, menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami orang lain.
Apa yang Membuat Storytelling Menjadi Menarik?

Ada beberapa elemen penting yang tidak bisa tidak, harus ada dalam sebuah cerita dan storytelling.
Kamu mungkin menganggap bahwa kata-kata dalam cerita bisa bermakna baik atau buruk, tergantung siapa yang menceritakannya. Namun memang, secara spesifik struktur storytelling yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria berikut ini;
1. Mudah Diingat
Hal pertama dari storytelling yang wajib ada adalah bahwa ceritanya memorable. Kamu bisa memilih humor, skandal, inspirasi, atau apa saja, namun pastikan itu mudah untuk diingat oleh pemirsamu.
2. Universal
Cerita yang baik adalah cerita yang dapat diterima oleh semua orang dan dari semua latar belakang. Pastikan kamu mempelajari lebih dulu siapa yang menjadi pemirsamu, baru kemudian menentukan cerita yang dapat mereka terima dengan lebih baik.
3. Mendidik
Hal yang harus ada pula dalam sebuah storytelling adalah muatan pendidikannya. Sebaiknya kamu memilih cerita yang merangsang rasa ingin tahu para pemirsamu.
4. Menghibur
Nah, ini adalah salah satu unsur dari storytelling yang harus kamu perhatikan dengan seksama. Cerita haruslah memiliki muatan hiburan atau memberikan rasa penasaran kepada pemirsa untuk mengetahui kelanjutannya.
5. Terstruktur
Kamu tidak harus untuk memulai ceritamu secara krnologis, namun cara berceritanya tetaplah harus tersusun dengan baik. Kamu tidak bisa mencapai tujuan dasar storytelling jika struktur ceritamu sendiri berantakan.
Elemen Dasar Storytelling

Supaya memudahkan kamu dalam membangun cerita yang menarik, kamu juga perlu mengetahui komponen apa saja yang menjadi unsur pembangunnya.
Layaknya menulis cerpen atau novel, menyampaikan storytelling dalam bentuk apa pun perlu mempertimbangkan komponen pembangunnya. Semakin baik kamu memahami dan mengeksekusi komponen-komponen ini, maka semakin mudah pula pesan yang ingin kamu sampaikan bisa pemirsa terima.
Jadi, apa saja yang menjadi komponen dasar penyusun storytelling yang baik?
1. Karakter atau Tokoh

Setidaknya sebuah cerita harus memiliki satu tokoh atau karakter yang menjadi subjek perceritaan. Karakter atau tokoh ini adalah layaknya jembatan yang menghubungkan antara storyteller dengan pemirsanya.
Lantas, bagaimana menciptakan tokoh atau karakter yang kuat dalam storytelling?
Kamu bisa mempelajari cara membangun karakter atau tokoh dalam penulisan cerita pada link ini, namun poin utama yang harus pula kamu ketahui adalah; karakter yang kuat haruslah mampu menyatu dalam imajinasi pemirsamu.
Artinya jika kamu mampu membuat pemirsa merasa bahwa karakter yang cerita dalam storytelling adalah mereka, atau seperti diri mereka, maka tujuan dan pesan cerita akan sangat mudah untuk mereka terima.
2. Konflik
Tidak ada cerita tanpa konflik, dan tidak ada pula storytelling tanpa masalah.
Masalah adalah hal yang membuat karaktermu hidup dan menari dalam benak pemirsa. Konflik atau masalah adalah medan perang tempat tokoh yang kamu ceritakan menunjukkan kemampuannya menyelesaikan masalah.
Masalah atau konflik juga mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana karaktermu berjuang, bertarung, menghadapi tantangan, dan semacamnya, yang juga pada banyak jenis storytelling menjadi bagian dari pesan itu sendiri.
Kamu bisa mempelajari cara membangun konflik dalam cerita disini.
3. Solusi

Secara teknis, solusi adalah ending dari sebuah cerita. Dan menariknya, tidak semua ending cerita harus bahagia.
Meskipun demikian, solusi adalah apa yang akan menjadi motor penggerak pemirsamu untuk memberi respon pesan yang kamu sampaikan. Jadi, kamu juga harus memberikan perhatian pada bagian ini, tempat karaktermu menyelesaikan masalah mereka.
Pada dunia marketing, resolusi dari storytelling adalah call to action dimana para storyteller meninggalkan pemirsa dalam kondisi siap melakukan aksi yang seperti diminta oleh pencerita.
Oh ya, mengenai bagaimana memilih ending yang baik dalam cerita, kamu bisa mempelajarinya dalam artikel ini; 10 cara membuat ending dalam penulisan cerita fiksi.
Jenis-jenis Storytelling

Hal berikutnya yang juga sangat penting untuk kamu ketahui adalah mengenai jenis jenis storytelling itu sendiri.
Dengan mengetahui jenis yang tepat, kamu dapat memilih jenis mana yang paling ideal untuk disampaikan pada pemirsamu. Hal ini nanti akan mengkombinasikan beberapa unsur misalnya tujuan cerita, pesan cerita, dan siapa pemirsa yang menjadi tujuan bercerita.
Nah, apa sajakah jenis-jenis storytelling?
1. Storytelling Provokasi
Storytelling jenis ini memiliki maksud untuk memprovokasi pemirsanya supaya melakukan sesuatu yang storyteller inginkan.
Kamu dapat melihat konsep semacam ini pada banyak kasus dengan seorang pendongeng atau storyteller bercerita tentang tindakan-tindakan seseorang dalam mencapai satu tujuan. Lagi-lagi banyak praktisi multilevel marketing yang bisa menjadi contoh untuk menjelaskan jenis storytelling satu ini.
Tujuan utama dari storytelling ini adalah mengajak dan memprovokasi pemirsa untuk melakukan tindakan seperti tindakan karakter cerita. Mengenai apakah mereka mampu mencapai tujuan seperti dalam cerita atau tidak, itu sudah diluar tujuan utamanya.
2. Storytelling Narsisme

Sama sekali tidak ada konotasi buruk dalam pemaknaan narsis dalam jenis storytelling satu ini. Kamu hanya berusaha menginspirasi pemirsa dengan menceritakan diri kamu sendiri.
Menceritakan diri sendiri dapat memadukan banyak hal seperti orisinilitas, perjuangan, kemanusiaan, kegagalan dan juga pencapaian.
Ada banyak storytelling contoh yang seperti ini. Guru, pendidik, penceramah, politikus, cukup sering menggunakan metode ini dalam aktivitas mereka.
3. Storytelling Nilai-nilai
Jenis storytelling yang satu ini bertujuan untuk mendiskusikan nilai-nilai yang mungkin tidak dipahami oleh beberapa orang yang menjadi pemirsamu.
Poin penting dari storytelling nilai-nilai adalah pemirsa dapat menangkap pesan emosi, karakter dan situasi berdasarkan cerita yang disampaikan. Tujuan spesifiknya supaya mereka dapat merasakan bahwa apa yang dialami karakter dalam cerita yang disampaikan, juga memiliki kesamaan dengan hidup mereka sendiri.
Kamu dapat menjumpai contoh storytelling satu ini dalam banyak kasus, seperti pelatihan pengembangan diri dan semacamnya.
4. Storytelling Spread

Ada sedikit kemiripan storytelling ini dengan jenis provokasi. Namun secara khusus, storytelling spread bertujuan untuk menggerakan pemirsamu untuk mendiskusikan atau membagikan ceritamu pada yang lain.
Jadi, ketika para pemirsa menyimak cerita yang kamu sampaikan, mereka akan membagikan cerita kamu dengan sukarela.
Untuk mencapai efektivitas cerita, kamu harus menjaga karakter ceritamu seplural mungkin dalam berbagai sudut pandang sepaya dapat diterima secara luas.
5. Storytelling Edukasi dan Pengetahuan
Jenis storytelling yang terakhir adalah untuk menyampaikan suatu pengetahuan, pengalaman kegagalan dan perjuangan, serta tentu saja mengenai keberhasilan.
Dengan cerita jenis ini, sebagai storyteller kamu bisa berharap bahwa para pembaca dapat mempelajari masalah yang kamu ceritakan dan solusi apa yang kamu dapatkan untuk mereka dipraktikkan.
Sekali lagi, para pemirsa akan mengukur cerita ini dengan mencerminkan pada diri mereka sendiri. Jika itu terjadi, artinya pesan yang kamu sampaikan telah sampai pada sasaran.
Bagaimana Proses Menyusun Storytelling yang Menarik?

Sebagai sebuah seni layaknya lukisan, ukiran, dan lain sebagainya, storytelling juga membutuhkan latihan dan praktik terus-menerus supaya mencapai kesempurnaan. Mengasah imajinasi, keterampilan dan inovasi dalam bercerita juga membutuhkan proses yang panjang untuk dapat dilakukan dengan baik.
Proses panduan storytelling kali ini adalah langkah demi langkah yang bisa kamu ambil untuk membuat sebuah cerita yang menarik.
Ini tentu bukan jenis pekerjaan yang bisa kamu selesaikan dalam satu malam. Akan ada trial and error yang mewarnai perjalananmu mempraktikkannya. Akan tetapi semakin sering kamu melatih kamampuan kamu bercerita, semakin memukau pula penampilan kamu nantinya.
Dan yang terpenting; pesan apa yang ingin kamu tanamkan dalam benak pemirsa melalui storytelling, dapat diterima dengan sempurna.
Jadi, apa saja langkah-langkah yang bisa kamu lakukan dalam menyusun sebuah storytelling yang menarik?
1. Kenali Siapa Pemirsamu

Apakah kamu akan bercerita di depan remaja, mahasiswa, ibu-ibu PKK, Remaja Islam Masjid, atau siapa?
Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah, pastikan kamu mempelajari siapa yang akan menjadi pemirsa storytelling-mu.
Dengan mengenal pemirsamu, kamu akan memiliki peluang untuk mampu menjangkau mereka secara lebih totalitas.
Kamu dapat menyesuaikan cerita dengan latar belakang mereka. Atau jika cerita yang kamu sampaikan adalah fiksi, kamu juga bisa berimprovisasi bagaimana supaya ada bagian cerita yang terasa sangat dekat dengan kehidupan mereka.
2. Gambarkan dengan Jelas; Pesan Apa yang Ingin Kamu Sampaikan
Langkah kedua yang harus kamu tetapkan sebelum kamu memulai proses storytelling itu sendiri adalah menentukan sebenarnya pesan apa yang ingin kamu sampaikan.
Apakah ceritamu membutuhkan waktu lima menit, setengah jam atau bahkan satu jam, selembar kertas, 2 gigabyte video dan lain sebagainya, pesan utama adalah dasarnya. Layaknya pondasi pada bangunan, pesan ini adalah apa yang akan menjadi ruh utama dalam ceritamu.
Apakah storytelling yang kamu bawakan untuk menjual produk, mengumpulkan dana, menjelaskan layanan perusahaan, atau mengingatkan orang akan sesuatu problem yang harus mereka waspadai, yang pasti, tentukan pesan ceritamu sejelas mungkin.
3. Tentukan Jenis Storytelling yang Akan Kamu Gunakan

Ini kembali kepada beberapa paragraf di atas, jenis storytelling apa yang ingin kamu gunakan.
Apakah jenis provokasi supaya orang melakukan tindakan yang kamu inginkan? Ataukah jenis spread supaya orang menyebarluaskan ceritamu dan menemukan kesamaan visi dalam kehidupan mereka sendiri.
4. Tentukan Apa yang Kamu Ingin Pemirsamu Lakukan Setelah Mendengar Cerita
Bagian ini mungkin terasa sama seperti langkah kedua, tapi sebenarnya tidak. Langkah keempat ini adalah sesuatu yang lebih spesifik lagi. Dalam blogging kamu bisa menyebutkan dengan Call to Action atau CTA.
Jadi, apa yang kamu ingin pemirsa kamu lakukan setelah mendengar, melihat, menbaca ceritamu?
Pada bagian ini kamu tidak hanya berfokus pada pesan apa yang harus didapatkan pembaca. Akan tetapi lebih jauh lagi, kamu juga dapat menjelaskan dengan baik apa yang kamu ingin pemirsamu lakukan sebagai aksi mereka.
Apakah kamu ingin mereka membeli produkmu?
Apakah kamu ingin mereka bergabung dalam kelas yang kamu ajarkan, menyumbangkan uang untuk program sosial, bergabung menjadi follower atau subscriber, atau apa?
5. Pilih Media Bercerita

Cerita dapat tampil dalam berbagai bentuk dan cara. Cerita dapat dibaca melalui rangkaian kata-kata dan tulisan, cerita juga bisa didengar melalui radio atau rekaman, atau cerita juga bisa ditonton melalui video seperti di youtube dan tiktok.
Pilih media apa yang ingin kamu gunakan untuk bercerita kepada pemirsamu. Semua media cerita memiliki keunikan dan keunggulannya sendiri-sendiri, kamu dapat memilih berdasarkan performance terbaikmu dalam masing-masing media tersebut.
Secara umum kamu dapat memilih 4 media berikut untuk menyampaikan ceritamu;
1. Storytelling Tulisan
Bentuknya dapat berupa artikel, blog post seperti yang kamu baca sekarang, buku, ebook atau yang lainnya. Kamu juga bisa menambahkan gambar, grafik, angka-angka untuk membuat ceritamu lebih hidup dalam media ini.
2. Storytelling Orasi
Ini adalah yang paling sering kamu lihat dan paling populer, yakni bercerita secara langsung dari mulut ke telinga. Kamu bisa melihatnya dalam presentasi, rapat, dalam ceramah, dalam khutbah dan lain sebagainya. Media jenis storytelling satu ini membutuhkan lebih banyak latihan public speaking supaya kamu mahir melakukannya.
3. Storytelling Audio
Ini sama seperti suara langsung, hanya saja dalam bentuk rekaman. Kamu bisa melihat contohnya pada teknologi podcast.
4. Storytelling Digital
Kamu bisa bercerita melalui video, animasi, games atau video interaktif. Sejauh ini, ini adalah jenis storytelling yang paling kuat menyentuh emosi pemirsa sekaligus juga yang paling mahal dari sisi biaya.
6. Tuliskan Konsep atau Outlinenya
Nah, langkah keenam untuk menyusun makalah storytelling ini mengharuskan kamu untuk menulis lagi.
Dengan latar belakang pemirsa yang sudah kamu ketahui, pesan yang ingin kamu sampaikan sudah jelas dan, apa yang kamu ingin pemirsa lakukan setelah mendengar ceritamu juga sudah kamu petakan dengan baik, maka membuat bagian ini akan jauh lebih mudah.
Kamu bisa membuat semacam outline dan garis besar cerita supaya proses eksekusinya menjadi lebih spesifik dan efektif.
7. Bagikan Ceritamu

Ini adalah langkah terakhir untuk membuat ceritamu semakin efektif dan menjangkau lebih banyak pemirsa.
Jadi sekarang, bagikan ceritamu!
Setelah pertarungan dan perjuangan membuatnya, sekarang waktunya untuk menyempurnakan perjuanganmu dengan membaginya pada orang lain. Tidak ada mantra khusus dalam langkah ini, namun semakin banyak tempat kamu membagikan ceritamu, semakin banyak pula feedback yang bisa kamu harapkan.
Kamu bisa membagikan ceritamu di media sosial seperti facebook, twitter, instagram, pinterest dan lain sebagainya. Jika bentuknya adalah digital, kamu juga bisa melakukannya di youtube, tiktok dan semacamnya.
Sekarang Terserah Padamu

Sebagai sebuah seni, storytelling adalah sesuatu yang menarik dipelajari dan dikuasai. Apalagi melihat dampaknya yang signifikan dalam banyak bidang, keterampilan ini akan membantumu untuk melaju lebih kencang menuju tujuan yang kamu inginkan.
Terserah padamu sekarang, apakah kamu akan mempelajari storytelling melalui media yang mana. Tulisan, orasi penyampaian langsung, rekaman atau digital, semua dapat kamu pilih untuk memaksimalkan potensi yang kamu miliki.
Khusus untuk tulisan dalam bentuk apa pun; apakah kamu menyukai media buku, artikel, quotes, kisah pribadi dan lain sebagainya, www.penulisgunung.id adalah tempat yang menarik untuk mempelajarinya.
Misalnya jika memiliki buku yang menjadi tujuanmu. Maka, selama kamu mengikuti metode yang disampaikan, dijamin dalam satu bulan kamu akan memiliki buku atas nama kamu sendiri.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari bergabung dalam kelas menulis dibawah ini.

Anton Sujarwo
Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 23 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.
Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.
Tulisan dan karya saya yang lain dapat dibaca pula pada beberapa tautan berikut;
Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.
Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini: