Cara Menerbitkan Buku Sendiri

Jadi kamu ingin memiliki buku atas nama kamu sendiri, ya? Daripada menunggu lama dan belum pasti diterima atau tidak, mengapa tidak mencoba menerbitkannya secara mandiri? Jika kamu masih bingung dengan prosesnya, panduan cara menerbitkan buku sendiri berikut ini akan membantu kamu melakukannya.

Pada dasarnya, cara menerbitkan buku novel atau buku apa pun yang kamu tulis melalui jalur mandiri, adalah salah satu bentuk kemerdekaan bagi penulis. Di samping memberi kamu banyak kebebasan, metode ini juga akan membuat kamu jauh lebih kreatif,

Namun kenyataannya, banyak calon penulis yang tidak tahu bagaimana mereka bisa melakukan penerbitan semacam ini. Alih-alih membangun kreativitas melalui penerbitan mandiri, banyak penulis pemula yang memilih untuk mengantri di depan pintu penerbitan konvensional guna mempublikasi karya mereka.

Nah, sebagai penulis yang telah merilis 15 judul buku atas nama sendiri dan puluhan buku lainnya untuk ghost writing, saya ingin berbagi pengalaman tentang hal ini. Sejauh ini, semua karya saya terbitkan secara mandiri dan hasilnya cukup menyenangkan.

Lantas, kira-kira bagaimana langkah dan cara menerbitkan buku sendiri?

Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku tapi bingun cara menuliskannya?

Panduan Cara Menerbitkan Buku Sendiri yang Lengkap, Murah serta Mudah

“Jika Kamu tidak menyukai cerita seseorang, tulislah cerita Kamu sendiri.”

Chinua Achebe

Kamu mungkin sudah sering mendengan istilah self publishing atau penerbitan mandiri, bukan?

Nah apa sih, yang dimaksud dengan self publishing itu?

Pengertian Self Publishing atau Penerbitan Mandiri

Cara menerbitkan buku sendiri
source: Demolishing House

Jika mengacu pada pengertian Wikipedia, maka akan didapatkan definisi self publishing atau penerbitan mandiri sebagai seorang penulis yang menerbitkan sendiri bukunya tanpa bantuan penerbit yang sudah mapan atau besar.

Akan tetapi, pengertian yang lebih baik mengenai penerbitan mandiri adalah seorang penulis yang mengerjakan sendiri semua proses dari penerbitan; termasuk dalam hal ini adalah editing, proofreading, layouting, membuat cover, mencetak hingga memasarkannya di masyarakat.

Intinya adalah, jika kamu megambil semua tugas penerbitan untuk kamu lakukan sendiri, maka itu  bisa disebut self publishing atau penerbitan mandiri. Kamu sebagai penulisnya sendiri disebut sebagai self publisher.

Jenis-Jenis Self Publisher

Penulis yang memutuskan untuk menerbitkan bukunya sendiri terbagi dalam dua macam yakni Self Publishing Superman atau DIY dan Self Publishing Assisted.

1. Self Publishing DIY (Superman)

Photo by Trace Hudson on Pexels.com

Pengertian bebas dari penerbitan jenis ini adalah seorang penulis yang melakukan segala sesuatu terkait proses penerbitan secara sendiri. Artinya ia adalah penulis buku, mengeditnya, mengatur tata letaknnya, membuat covernya, sekaligus juga memasarkan bukunya.

Jenis ini sangat jarang di dunia, bahkan hampir mustahil ada yang bisa melakukannya dengan baik. Oleh karena alasan ini pula mereka kadang disebut sebagai penulis Superman atau manusia super.

Tapi, apakah jenis DIY (author does everything by themselves) benar-benar sangat jarang dan mustahil untuk ditemukan?

Mungkin tidak juga, karena saya adalah salah satunya.

Di antara 15 judul buku saya yang telah dirilis, semua proses publishing-nya saya kerjakan sendiri.

Rangkaian penulisan, editing, proofreading (setidaknya 3 kali sebelum naskah final), layouting hingga pemasaran saya lakukan sendiri. Hanya 5 buku pertama saya saja yang pembuatan cover-nya dibantu oleh pihak penerbitan indie.

2. Self Publishing Assisted

Di samping penerbitan mandiri DIY atau Superman seperti yang saya lakukan, ada juga Self Publishing Asssited atau penerbitan mandiri dengan bantuan.

Dalam proses penerbitan yang satu ini, penulis mendayagunakan jasa orang lain untuk membantunya menyelesaikan proses penerbitan bukunya.

Jasa yang mungkin ia gunakan adalah profesional editor, proofreading, desainer cover, pemasar, dan lain sebaginya.

Keuntungan Self Publishing

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Startup Stock Photos on Pexels.com

Meskipun kamu tahu cara menerbitkan buku sendiri di Gramedia, kamu mungkin akan memilih penerbitan mandiri saja. Hal ini disebabkan karena jika kamu bukan penulis besar dengan nama yang sudah beken, memiliki buku yang dipasarkan oleh jaringan seperti Gramedia bisa jadi adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan.

Di balik keterbatasan jaringan pemasaran itu, penerbitan mandiri juga memiliki banyak keunggulan.

Apa pun jenis buku yang kamu tulis, apakah itu fiksi, non fiksi, memoar, komik, cerpen atau apa pun saja, penerbitan mandiri akan memberikam kamu kebebasan maksimum untuk mengendalikan banyak hal. Di samping itu, tentu saja potensi keuntungan yang kamu miliki akan jauh lebih besar.

Memang sebenarnya, merilis karya dengan cara menerbitkan buku sendiri melalui self publishing memiliki lebih banyak lagi keunggulan.

Berikut beberapa di antaranya;

1. Kendali Penuh atas Karyamu

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Fernando Arcos on Pexels.com

Untuk kamu yang menginginkan otonomi penuh untuk karya-karya yang kamu terbitkan, self publishing, indie publishing atau penerbitan mandiri adalah solusinya.

Ketika penerbitan konvensional memberi batasan pada setiap segi dari sebuah buku, self publishing justru sebaliknya.

Dalam penerbitan konvensional karyamu mungkin akan dipermak oleh editor, judulnya bisa diganti, cover bukunya disesuikan, bahkan beberapa bagian dalam bukumu bisa saja dihilangkan atau ditambah sesuai kebutuhan penerbit konvensional tersebut.

Menariknya kamu tidak akan mendapati hal ini dalam penerbitan mandiri.

Kamu sekali lagi, diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengontrol karyamu semau yang kamu inginkan.

2. Potensi Penghasilan Maksimal

Jika kamu menerbitkan bukumu secara konvensional, kamu akan mendapatkan persentase bagi hasil dalam bentuk royalti atau fee berkisar dari 7 hingga 12%.

Jadi, jika buku yang kamu tulis harganya adalah Rp, 100.000 per eksemplar, maka kamu akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp, 7.000 sampai dengan Rp, 12.000 untuk setiap satu buku yang terjual.

Minim sekali, bukan?

Hal ini sama sekali berbeda dengan self publishing atau penerbitan mandiri.

Dalam penerbitan mandiri, kamu bahkan bisa mendapatkan potensi penghasilan hingga 70 atau 80%. Artinya, jika harga bukumu di pasaran adalah Rp, 100.000 per eksemplar, maka Rp, 70.000 – 80.000 akan masuk ke dalam kantongmu untuk tiap eksemplarnya.

Dengan persentase ini, bayangkan berapa banyak uang yang bisa kamu peroleh jika kamu bisa menjual bukumu dalam jumlah yang sama seperti penerbit konvensional?

3. Tidak Perlu Menunggu dalam Ketidakpastian

Photo by Felipe Cespedes on Pexels.com

Setelah naskah bukumu selesai dan dikirimkan ke penerbit mayor atau konvensional, kamu harus menunggu setidaknya tiga bulan atau 100 harian untuk mendapatkan jawaban apakah naskahmu layak diterbitkan atau tidak.

Jika ternyata kamu berhasil dan naskahmu bisa diterbitkan, maka kamu harus menunggu beberapa bulan lagi sampai kamu dapat melihat bukumu ada di toko-toko buku.

Waktu menunggu seperti ini akan sangat melelahkan bagi beberapa orang, untuk itu pulalah metode penerbitan mandiri atau self publishing menawarkan solusinya.

Dalam penerbitan mandiri kamu hanya perlu menunggu sekitar enam jam hingga satu hari untuk mempublikasikan bukumu dalam bentuk ebook. Jika kamu menerbitkan versi cetak, paling lama dalam waktu dua mingguan, kamu juga sudah dapat melihat hasilnya langsung di tanganmu.

4. Kepemilikan Hak 100%

Jika kamu menempuh cara menerbitkan buku di penerbit mayor atau konvensional, kemudian karyamu diadaptasi ke dalam film, kamu mungkin harus berbagi hak atas naskahmu dengan penerbit. Akan tetapi jika kamu menerbitkan bukumu secara indie atau self publishing dan itu difilmkan, kamu adalah pemilik 100% hak atas karyamu.

Ini akan menjadi topik yang sama jika misalnya karyamu juga dicetak ulang, dibuat dalam berbagai cinderamata, disablon ke kaos-kaos dan lain sebagainya. Hak royalti atas semua itu akan menjadi milikmu.

5. Kesempatan untuk Mempopulerkan Namamu Sendiri

Photo by Pixabay on Pexels.com

Sebenarnya, tidak ada satu pun penulis yang tampil menjadi best seller dalam satu malam. Semua membutuhkan proses untuk tampil di atas anak tangga yang terakhir.

Jika kamu adalah seorang penulis pemula yang baru saja hadir dalam dunia kepenulisan dan buku-buku, kamu akan menemukan bahwa industri  ini tidak mudah untuk ditaklukkan. Namun justru disanalah terletak kesempatan untuk membuat namamu menjadi populer.

Ada banyak penulis terkenal dunia yang mengawali karir mereka dengan self publishing. Mereka membesarkan nama mereka melalui penerbitan mandiri untuk kemudian tampil sukses dengan karya yang nyaris selalu bestseller.

Kekurangan Menerbitkan Buku secara Mandiri

Di samping beberapa hal yang membuat self publishing demikian unggul untuk kamu coba, kamu juga harus tahu bahwa cara menerbitkan buku ini juga memiliki beberapa kekurangan.

Beberapa hal yang menjadi risiko dari cara menerbitkan buku sendiri ini adalah;

1. Biaya yang Lebih Tinggi

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by cottonbro on Pexels.com

Hal pertama yang harus kamu tahu jika memutuskan menerbitkan bukumu secara mandiri adalah kamu akan membiayai semua prosesnya.

Jika kamu menggunakan jasa editor, layouter, proofreading profesional, cover desainer dan lain sebagainya, maka kamu harus membayar semuanya dengan uangmu sendiri. Dan itu tentu saja akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Berbeda sekali dengan penerbitan konvensional yang kamu hanya perlu menyerahkan naskahmu lalu terima beres. Tidak ada biaya sama sekali dalam penerbitan buku dengan cara ini.

Jadi, jika kamu memang mencari cara menerbitkan buku sendiri gratis, penerbitan konvensional sudah pasti adalah salah satu caranya.

2. Kurang Terekspos

Menjadi punulis yang bukunya diterbitkan oleh penerbitan konvensional atau penerbit mayor akan memberi akses padamu pada berbagai jenis publikasi lain terkait dirimu sendiri. Penerbitan mayor seperti Gramedia memilih banyak platform yang prestisius untuk mendukung dan membuat para penulis mereka bersinar.

Bersama penerbit konvensional kamu mungkin akan sering diajak roadshow, launching buku, meet and greet bersama fans, dan lain sebagainya. Dalam penerbitan mayor juga peluang untuk menjadi penulis best seller terbuka lebar.

Nah, dengan segala sumber daya yang dimiliki oleh penerbit konvensional dan tidak ada pada penerbitan mandiri seperti ini, sudah jelas bahwa kamu yang ada di jalur self publishing, mungkin saja tidak akan begitu terlihat dalam radar.

3. Tidak Mudah Mengakses Jaringan Toko Buku Besar

Photo by Mark Cruzat on Pexels.com

Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada salah satu penerbit saya; Bagaimana supaya buku saya bisa masuk jaringan toko-toko besar?

Informasi yang saya terima saat itu adalah saya harus mencetak buku sebanyak 3.000 eksemplar dengan biaya sendiri dan kemudian membawanya ke jaringan toko buku besar untuk dititip jual (konsinyasi) yang harga konsinyasi-nya sendiri di bawah harga produksi.

Bagaimana pun sudut pandangnya, hasil hitunganya adalah rugi.

Lihat itu, bagaimana sulitnya seorang penulis dari self publishing mengakses jaringan toko besar.

Dengan kenyataan ini tidak salah jika ada penulis yang megatakan bahwa hampir mustahil self publishing bisa masuk ke jaringan toko buku besar tanpa siap untuk rugi dari sisi biaya.

4. Tidak Ada Bantuan

Nah, ini adalah perbedaan yang paling signifikan antara penerbitan mayor atau konvensional dengan cara menerbitkan buku sendiri dari wattpad atau dari platform apa pun tempat kamu menulis, yang dilakukan dengan self publishing.

Dalam penerbitan mayor, kamu tidak perlu pusing memikirkan editing, pembuatan cover, layouting dan semacamnya, semuanya akan dikerjakan oleh tim ahli yang sudah berpengalaman.

Namun jika kamu datang dari dunia self publishing, maka tidak ada bantuan untuk ini. Kamu harus melakukannya sendiri atau membayar orang lain dengan uangmu sendiri.

Perbedaan Self publishing versus Traditional Publishing

Ada cukup banyak perbedaan antara self publishing dan penerbit konvensional. Namun, untuk membuatnya lebih sederhana, kolom di bawah ini akan membantu menjelaskannya;

Self Publishing atau Penerbitan MandiriPenerbitan Konvensional atau Penerbitan Mayor
Penulis memiliki kendali atas semua proses penerbitan seperti isi naskah, editing dan juga sampul buku.Penerbit mayor mengendalikan proses penerbitan dan arah dari naskah yang dikirimkan penulis.
Penulis menanggung semua biaya penerbitan, jumlahnya tergantung dari jenis self publishing itu sendiri.Semua biaya penerbitan ditanggung oleh penerbitan mayor.
Semua penghasilan dari penjualan buku adalah milik penulis.Hasil penjualan buku masuk ke kas penerbit mayor untuk kemudian dibagikan ke penulis dalam bentuk royalti yang besarnya berkisar antara 7 – 12% dari harga buku.
Penulis memegang semua hak atas karyanya.Ini tergantung dari perjanjian dengan penulis, namun pada kasus yang sering terjadi, penerbit mayor memiliki hak atas mayoritas isi naskah.
Jangkauan pemasaran terbatas dan tidak memiliki akses ke jaringan toko besar.Jangkauan pemasaran luas, buku dapat masuk di berbagai jaringan toko buku besar seperti Gramedia dan sebagainya.
Untuk terlihat dan terkenal, membutuhkan lebih banyak perjuangan secara mandiri.Penulis berpeluang untuk menjadi terkenal, bestseller, dan sangat tenar dengan bantuan platform yang dimiliki penerbit mayor.
www.penulisgunung.id

Berapa Perkiraan Biaya Penerbitan Mandiri?

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Karolina Grabowska on Pexels.com

Lantas, setelah melihat keunggulan, perbedaannya dengan penerbitan mayor dan lain sebagainya, sekarang masuk ke pertanyaan pentingnya; Berapa sebenarnya biaya untuk menerbitkan buku secara mandiri atau self publishing?

Sebenarnya biaya self publishing bergantung juga oleh apakah kamu kamu memilih menjadi Self Publisher DIY Superman atau sebagai Self Publisher Assisted.

Jika kamu memilih menjadi Author Superman yang does everything by themselves, maka kamu dapat menekan biaya sangat murah bahkan gratis sama sekali. Biaya yang kamu butuhkan hanyalah untuk mencetak buku, yang itu pun dapat kamu lakukan dengan pemberlakukan sistem PO (Print on Order) atau Print on Demand (POD).

Jadi hakikatnya memang tanpa biaya sama sekali atau gratis.

Beda cerita jika misalnya kamu menggunakan metode Self Publishing Assisted dimana kamu juga menggunakan jasa editor profesional, proofreader, layouter atau penata letak, dan juga desainer cover.

Semua job assisted ini bisa mencapai biaya hingga Rp, 3.000.000 untuk buku dengan tebal 250-an  jumlah halaman.

Oh ya, saya bisa berbagi ilmu menjadi penulis Superman pada kamu dengan biaya hanya 10% dari jumlah tersebut, caranya kamu bisa menghubungi www. Penulisgunung.id disini.

7 Langkah Paling Penting Dalam Penerbitan Mandiri atau Self Publishing

Selanjutnya adalah langkah teknis apa yang kamu harus lakukan untuk maju dalam penerbitan mandiri atau self publishing.

Berikut adalah step by step yang dapat kamu jadikan panduan untuk menerbitkan karya tulismu secara indie atau mandiri.

1. Tulis Naskah Bukunya

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Pixabay on Pexels.com

Apakah kamu akan memilih penerbit mayor atau dengan cara menerbitkan buku novel-mu melalui self publishing, langkah pertamanya adalah sama yakni; menulis naskahnya terlebih dahulu.

Proses menulis buku ini dapat kamu pelajari caranya pada banyak tempat dan media. Jika kamu ingin melihat panduan yang lebih komprehensif, kamu bisa membaca artikel cara menulis buku novel dan cerpen untuk pemula yang saya publish beberapa waktu yang lalu.

Mencari ide penulisan buku atau mengeksekusinya menjadi sebuah naskah dapat kamu putuskan sebelum masuk ke langkah selanjutnya. Beberapa pilihan yang paling umum dalam penulisan pemula untuk diterbitkan misalnya adalah;

a. Buku Fiksi

Kamu dapat mempelajari bagaimana cara menulis buku fiksi, membangun karakter, menentukan ide, dan menyempurnakan setting pada banyak sumber. Khusus untuk penulisan kreatif seperti ini, kamu juga dapat membaca referensinya dalam tulisan saya berikut ini.

Karya fiksi sendiri memiliki banyak macam dan kamu bebas untuk memilih yang mana. Kamu bisa memulainya dengan membuat kumpulan buku cerpen, buku puisi, buku penulisan bebas atau pun novel dan biografi.

Macam-macam jenis tulisan fiksi sendiri dapat kamu lihat disini.

b. Buku Non fiksi

Untuk menulis naskah buku non fiksi, kamu tentu saja tidak bisa mengandalkan imajinasi dan kreativitas semata. Kamu juga membutuhkan sumber dalam penulisan yang kamu lakukan.

Dalam penulisan ini kamu bisa melakukan riset dengan penelitian kepustakaan, riset melalui sumber-sumber di internet, atau melakukan riset secara langsung melalui studi lapangan, studi kasus, interview dan lain sebagainya.

c. Buku Memoirs

Nah, ini adalah yang cukup banyak ditanyakan melalui blog ini yakni mengenai bagaimana cara menulis kisah hidup sendiri atau yang lebih populer disebut memoar atau memoirs.

Saya sendiri menyediakan pelatihan online untuk jenis tulisan ini yang memastikan kamu bisa menyelesaikan buku yang berisi kenangan penting dalam hidupmu secara tuntas.

Untuk mengikuti pelatihan online ini kamu hanya perlu mengisi formulir berikut ini.

2. Edit Naskahnya

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Ron Lach on Pexels.com

Langkah kedua yang harus kamu lakukan setelah selesai menuliskan naskah bukumu adalah dengan melakukan editing atau pengeditan. Proses ini bisa menjadi bagian yang paling melelahkan dan kamu harus memiliki kesabaran yang penuh untuk bisa melakukannya.

Pengeditan bisa saja sangat ekstrim dimana penulis bahkan harus ‘menulis ulang’ naskahnya.

Kamu bahkan bisa melakukan hal ini berkali-kali ketika misalnya proses editing yang kamu lakukan terasa belum memuaskan.

Saya biasa memadukan proses editing dengan proofreading, dan ini tidak sesederhana kedengarannya. Pada buku seperti DEWI GUNUNG yang tebalnya hampir 600 halaman, saya bahkan hampir depresi untuk bisa menyelesaikannya.

Tapi itu cukup sebanding dengan hasilnya.

Dalam editing kamu bisa memilih dua cara berikut ini:

a. Edit Sendiri Semaksimal yang Kamu Mampu

Sebagai Superman dan DIY authors, kamu harus melakukannya sendiri, dan ini pula yang saya lakukan selama ini.

Keterbatasan sumber daya memaksa setiap penulis yang memilih jalur untuk melakukan apa yang bisa ia lakukan. Pengetikan typho, kalimat ambigu, alur yang merepotkan, dan pesan yang kurang jelas, semuanya disapu bersih. Intinya adalah, edit semaksimal yang bisa kamu lakukan.

b. Biarkan Profesional Melakukannya Untukmu

Nah, ini lebih mudah. Kamu tinggal menyerahkan naskahmu pada editor profesional, dan tunggu saja hasilnya untuk kemudian dilanjutkan pula ke proofreader.  Ini langkah yang sangat gampang namun tentu saja ada biaya yang harus kamu keluarkan.

3. Buat Cover dan Layout Naskahnya

Photo by Polina Zimmerman on Pexels.com

Salah satu tantangan besar yang saya hadapi pada saat merilis sebuah buku baru adalah bagian ini; membuat cover atau merancang sampul. Untuk alasan yang sama, saya kemudian menyerahkan beberapa desain sampul buku saya kepada profesional.

Namun saya suka belajar dan beberapa buku saya yang baru, bagian ini sudah bisa saya lakukan sendiri pula.

Di samping cover atau sampul, cara menerbitkan buku gratis melalui self publishing juga meminta kamu untuk melakukan layouting atau tata letak secara mandiri.

Menariknya saat ini, proses tata letak bisa lebih mudah kamu lakukan dengan bantuan template. Nah, cetakan atau template-nya sendiri bisa kamu peroleh secara gratis atau berbayar melalui berbagai website penulisan.

Atau jika tidak ingin terlalu repot dan kamu mungkin tidak memiliki waktu ekstra, kamu juga bisa membayar profesional untuk tugas yang satu ini.

4. Persiapkan Buku dalam Bentuk Ebook dan Cetak

Photo by Dominika Roseclay on Pexels.com

Setelah naskah bukumu siap saji, sekarang waktunya untuk mengubah semua ketikan dan tampilan komputer itu dalam bentuk kertas atau dalam buku yang sebenarnya.

Percayalah, momen ini akan sangat mengesankan. Kamu tidak akan mudah melupakan bagaimana untuk pertamakalinya kamu memegang sebuah buku yang disampulnya tertulis nama kamu sendiri.

Namun masalahnya, untuk mencetak buku langsung kamu juga membutuhkan biaya.

Beberapa penerbit indie bahkan memasang batas minimal percetakan yang diperbolehkan. Ada yang dapat memproses cetak bukumu jika jumlahnya adalah 100 eksemplar, ada yang 50 eksempar, atau ada juga lebih sedikit daripada itu.

Sebagai solusinya, kamu bisa menempuh dua cara ini.

Hanya mencetak jika ada permintaan adalah solusi yang menarik untuk diambil. Pada beberapa judul buku, saya juga menempuh cara ini.

Dengan cara ini kamu akan terbebas dari keharusan membayar biaya untuk mencetak sejumlah buku. Keuntungan lainnya adalah kamu dapat menghindari potensi risiko penumpukan stok buku yang mungkin saja tidak laku terjual.

b. Ebooks

Menjual buku dalam bentuk ebook adalah kemudahan yang sangat menarik.

Kamu tidak perlu repot memikirkan biaya cetak, gambar yang buram, stok yang menumpuk atau hal lainnya. Hanya dengan sekali meng-upload– bukunya di platform penjualan seperti Google Play Book dan Amazon, kamu dapat menjualnya jutaan kali tanpa takut kehabisan stok.

5. Buka Pre-order

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Taryn Elliott on Pexels.com

Langkah selanjutnya yang penting untuk kamu tempuh sebagai self publisher adalah dengan membuka pre-order atau PO bukumu sebelum ia sendiri dirilis.

Proses pre-order dapat kamu lakukan paling lama tiga bulan sebelum buku dirilis. Kamu dapat menarik biaya pembelian buku lebih dulu dari orang-orang yang melakukan pre-order dan itu bisa digunakan sebagai biaya produksi bukumu.

Jadi, mudah, murah dan gratis, bukan?

Akan tetapi pertanyaannya kemudian adalah, berapa banyak orang tertarik melakukan pre-order atas bukumu?

Saya senang membagikan kisah cerita ini bahwa buku saya yang berjudul Wajah Maut Mountaineering Indonesia terjual di atas 500 eksemplar melalui pre-order.

Mungkin ini bukan angka yang terlalu besar untuk kamu. Namun jika itu adalah buku pertamamu yang langsung habis terjual bahkan ketika bukunya sendiri belum dicetak, maka tidak ada salahnya kamu merasa senang dan cukup bangga.

6. Pasarkan Bukumu di Berbagai Lini

Photo by cottonbro on Pexels.com

Langkah selanjutnya adalah memastikan bukumu ada di setiap lini dan media pemasaran yang tersedia.

Dengan ketersediaan media online seperti sekarang ini, kamu bisa memaksimalkan marketing bukumu melalui media sosial seperti facebook dan instagram. Kamu juga bisa mengoptimalkan peran marketplace seperti shopee, tokopedia, bukalapak, dan lain sebagainya.

Bahkan jika kamu memiliki group whatsapp, group alumni, group keluarga atau group apa pun yang bisa kamu gunakan untuk mensosialisasikan bukumu, maka gunakan.

Tidak perlu dihiraukan apa pun tanggapan orang yang ada di dalamnya, poin yang kamu lakukan dari cara ini adalah memasarkan bukumu dan mensosialisasikan karyamu yang telah atau akan diterbitkan.

7. Buat Perencanaan Launching yang Menarik

Photo by Pixabay on Pexels.com

Merilis buku itu adalah sesuatu yang asyik dan mungkin juga membanggakan pada beberapa orang. Moment ini seperti memanggil orang-orang untuk berkerumun dan kamu naik ke atas panggung untuk mengatakan; “Hai, saya telah menulis sebuah buku!”

Untuk membuat moment ini menjadi istimewa, kamu harus merencanakannya sebaik mungkin.

Jika kamu adalah orang yang tidak terlalu ingin ribet, kamu bisa mengajak orang lain untuk melakukannya. Saya pernah melakukan hal serupa ketika merilis buku saya yang berjudul Gunung Kuburan Para Pemberani. Saat itu proses launching dilakukan di café salah satu teman di kota Magelang.

Cara ini menghadirkan konsep mutualisme yang menarik dimana saya bisa merilis buku saya dengan cara yang asyik sementara teman saya mendapatkan pengunjung café yang lebih banyak sekaligus juga promosi tempat usahanya,

Tips Sukses Menerbitkan Buku Secara Mandiri

Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Photo by Andrea Piacquadio on Pexels.com

Nah, sebagai hal terakhir dalam artikel bagaimana cara menerbitkan buku sendiri ini, saya akan menyertakan 5 tips sukses self publishing.

Tips ini mudah ditulis dan lebih mudah lagi untuk kamu baca, namun merefleksikannya secara disiplin, kamu akan membutuhkan banyak perjuangan dan usaha.

Akan tetapi jika kamu berhasil mengkombinasikan tips menerbitkan buku sendiri berikut dengan kedisiplinan dan semangat pantang menyerah, kamu sudah pasti akan berjumpa dengan kesuksesan.

Apa saja tipsnya?

1. Tulis Apa yang Laku

Untuk menjadi seorang self publishers yang sukses, kamu harus menjual sangat banyak buku, dan itu artinya kamu harus menjual buku yang akan dibeli oleh banyak orang.

Ini terdengar sangat opurtunis, tapi itu memang benar.

Hanya buku yang laku dijual yang bisa menghasilkan uang. Jadi, kamu memang harus mampu melihat di pasaran buku apa yang sebenarnya diminati, apakah misteri, romantis, horror, petualangan atau apa?

Pada umumnya buku fiksi adalah yang paling banyak merajai top selling. Akan tetapi bukan berarti buku non fiksi tidak punya peluang. Jika kamu mampu menulis buku non fiksi dengan bagus dan kuat, kamu pun mampu meraih hal yang sama.

2. Fokus pada Pembaca Spesifik

Photo by Pixabay on Pexels.com

Bukan hanya spesifik, tapi juga ultra-spesifik.

Seorang penulis yang memilih jalur penerbitan mandiri adalah orang yang harus memiliki basis peminat tulisan yang besar. Ini mungkin tidak mudah bahkan banyak orang yang masih bertarung dengan hal tersebut, termasuk penulis blog ini.

Namun pembaca spesifik akan memberikan perhatian yang fanatik padamu, dan mereka adalah orang-orang yang akan setia dengan karya-karyamu jika kualitas yang kamu berikan menyenangkan mereka.

Di samping itu, pembaca spesifik adalah tim marketing yang akan dengan senang hati mempromosikan tulisanmu dalam lingkungan mereka sendiri.

Jadi, mereka tentu akan membuatmu jauh lebih sukses saat berfokus dengan mereka.

3. Cover yang Menarik itu Penting

Kamu mungkin sering mendengar pepatah yang mengatakan ‘jangan menilai buku dari sampulnya’.

Tapi, bagaimana pun, mayoritas orang (79% persisnya) tetap menerapkan hal ini tanpa mereka sadari saat memilih sebuah buku.

Nah, sebagai self publisher kamu harus menyadarinya. Bahwa membuat cover atau sampul buku yang menarik itu penting.

Jadi, pikirkan itu dengan seksama, baik kamu memilih cara menerbitkan buku sendiri di Malaysia, di Indonesia, atau di mana saja.

4. Harga Murah Penjualan Tinggi

Photo by Anna Tarazevich on Pexels.com

Memiliki buku dengan harga hanya Rp. 9.900 per eksemplar atau per-ebook copy, tentu tidak cukup menarik untuk didiskusikan. Ini harga yang murah, darimana pun kamu melihatnya.

Tapi, bagaimana jika kamu bisa menjualnya satu juta copy dalam satu bulan?

Kamu akan mendapatkan penghasilan hampir satu miliar!

Itu jumlah yang banyak, lho!

Ini adalah tips yang disarankan banyak self publisher sukses dunia. Fokus pada penjualan yang tinggi dan buat harganya lebih rendah dan sangat terjangkau. Terutama jika kamu menjual bukumu dalam bentuk ebook.

Apa yang Kamu Lakukan Sekarang?

Photo by Jeff Stapleton on Pexels.com

Kamu telah melihat bagaimana cara menerbitkan buku sendiri, sekarang pilihannya ada padamu; apakah mencoba melakukannya, atau melupakannya.

Jika kamu tetap memilih untuk mencoba cara menerbitkan buku sendiri di Gramedia atau di penerbit mayor lainnya, maka kamu harus lebih banyak bersabar dan jangan pernah menyerah meskipun karyamu nantinya belum dipilih. Tetap berusaha, terus dan terus, sampai kamu berhasil.

Lalu, jika kamu memilih untuk menerbitkan buku secara mandiri melalui self publishing, maka bersiaplah untuk berjuang lebih banyak daripada yang lainnya.

Ini medang juang yang tidak mudah, tapi akan sepadan dengan hasilnya. InsyaAllah.



Penulis terbaik

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 23 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan dan karya saya yang lain dapat dibaca pula pada beberapa tautan berikut;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini:


Related Posts