Jadi, kamu tertarik untuk menulis buku cerita untuk anak-anak? Bagus, artikel kali ini akan mengajak kamu untuk mengenal cara menulis buku cerita anak dalam 9 langkah paling gampang. Dengan langkah-langkah ini, kamu pasti akan lebih mudah menyelesaikan buku cerita anak yang ingin kamu tuliskan.
Namun, sebelum membahas langkah-langkah teknis cara menulis buku anak, kamu juga perlu tahu bahwa segmentasi usia anak sama sekali tidak sesederhana kelihatannya. Beberapa penulis bahkan mengatakan bahwa menulis buku untuk anak-anak, sebenarnya jauh lebih menantang daripada menulis buku untuk orang dewasa.
Benarkah demikian?
Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku namun bingung cara menuliskannya?
Daftar Isi Artikel
Panduan Cara Menulis Buku Cerita Anak dalam 7 Langkah Super Mudah

Menulis buku anak memiliki banyak tantangan yang menarik. Ketika kamu tertarik menulis cerita untuk anak-anak, kamu harus mempertimbangkan usia mereka, cara berkomunikasi mereka, dan mungkin juga imajinasi dan psikologi mereka.
Dalam praktiknya, cara membuat buku cerita anak hampir selalu bersandingan dengan ilustrasi berupa gambar yang menarik. Jadi, selain memiliki kekuatan cerita yang mampu diterima oleh anak-anak, buku itu juga harus menarik karena gambarnya. Hal ini juga tentu saja menjadi tantangan jika ternyata kamu tidak begitu mahir dalam menggambar.
Beruntung, semuanya memiliki jalan keluar.
Termasuk juga dalam mempersiapkan gambar atau ilustrasinya. Kamu misalnya bisa mengajak seorang pelukis untuk menambahkan gambar pada ceritamu. Kesepakatannya dapat kamu sepakati sendiri, apakah kamu membeli gambar atau pun berbagi hasil penjualan.
Nah, sambil kamu mempelajari cara membuat buku cerita bergambar untuk anak-anak, 9 langkah berikut akan memudahkan kamu dalam menjalani prosesnya.
BACA PULA:
- APA ITU MEMOAR DAN BAGAIMANA MENULISKANNYA DENGAN MUDAH DALAM 5 LANGKAH
- 7 RAHASIA MENULIS BIOGRAFI YANG SUPER GAMPANG DILAKUKAN
1. Temukan Ide yang Relevan untuk Anak-Anak

Ketika kamu menulis buku cerita untuk anak-anak, maka kamu harus memperhitungkan dua kelompok yang akan menilai ceritamu di pasaran.
Kelompok pertama adalah anak-anak itu sendiri, dan kelompok yang kedua adalah orang tua mereka. Jika kamu menulis buku untuk anak di usia dibawah 15 tahun, maka sebelum buku masuk ke kamar anak-anak, orang tua mereka akan menilai bukunya lebih dulu.
Meskipun demikian, prioritas utama kamu menulis tetaplah harus anak-anak, bukan orang tua mereka. Anak-anaklah yang akan tumbuh bersama buku dan cerita yang kamu tuliskan. Anak-anak pula yang akan tahu, seberapa hebat kisah yang kamu ceritakan mampu menginspirasi mereka.
Dikarenakan buku ini ditulis untuk anak-anak, maka langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah pastikan bahwa ide ceritanya relevan untuk kehidupan mereka. Namun pertanyaannya kemudian adalah; bagaimana menemukan ide yang relevan untuk anak-anak?
Sebenarnya tidak sulit. Kamu dapat memvalidasi ide tersebut ideal atau tidak untuk anak-anak dengan dua hal yakni; Ajukan beberapa pertanyaan yang relevan untuk memverifikasinya dan pastikan idenya universal.
Beberapa Pertanyaan untuk Ide Buku Cerita Anak

Untuk memastikan bahwa ide penulisan kamu memang layak untuk anak-anak, kamu dapat mengajukan beberapa pertanyaan berikut;
- Tentang apa cerita yang dituliskan?
- Mengapa kamu merasa perlu menceritakan kisah tersebut?
- Apakah ide dan tema cerita ini ada hubungannya dengan anak-anak?
- Apakah ide cerita ini laku di pasaran?
- Apa pesan moral cerita ini untuk usia anak-anak? Dapatkah mereka menangkapnya?
Pastikan Ide Ceritamu Umum (Universal)
Kemasan cerita anak-anak bagaimana pun bentuknya, selalu memiliki tema inti secara universal. Setiap tips dan cara menulis buku cerita anak harus memperhatikan hal ini. Jadi, Kamu bisa memilih beberapa tema yang kamu rasa paling tepat untuk kemudian dituturkan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh anak-anak.
Beberapa tema yang biasa diangkat misalnya adalah persahabatan, setia kawan, kerja keras, ketekunan, kepatuhan kepada orang tua dan lain sebagainya.
2. Pilih Usia Pembacamu

Langkah kedua cara menulis buku cerita untuk anak adalah dengan memilih usia yang spesifik target pembacamu.
Seperti yang mungkin kamu tahu, usia antara 0 hingga 18 tahun, pada umumnya masih dikategorikan sebagai anak. Nah, segmentasi usia ini pula yang harus kamu pahami supaya ceritamu tepat sasaran.
Dengan bentang usia yang demikian lebar ini, uniknya buku anak membutuhkan struktur, jumlah kata dan model penulisan yang berbeda-beda pula. Ketika balita masih lebih tertarik pada gambar, sementara ketika mereka remaja mungkin akan lebih tertarik pada novel yang ringan tentang cinta pertama.
Intinya adalah; sesuaikan ceritamu dengan usia pembaca spesifik yang kamu targetkan.
Nah, berikut segmentasi usia pembaca anak yang dapat membantu kamu untuk mempertimbangkan target yang paling ideal.
BACA PULA:
- BEGINI CARANYA MENULIS AUTOBIOGRAFI UNTUK DIRI SENDIRI SUPAYA HASILNYA MENARIK
- 7 KATA MOTIVASI UNTUK PENULIS PEMULA YANG DIJAMIN PALING AMPUH
Buku Gambar untuk Usia 0 – 6 Tahun

Ada dua unsur paling penting dalam penulisan cerita untuk pembaca anak usia ini yaitu; gambar dan cerita. Dua-duanya sama kuat dan harus sama-sama ada dalam naskah buku yang kamu tuliskan.
Pembaca dengan usia ini adalah anak yang baru mengenal buku.
Mereka mungkin hanya akan tertarik pada gambarnya dan orang tua mereka yang akan membacakan ceritanya. Untuk jumlah kata, biasanya buku untuk pembaca usia paling dini ini tidak lebih dari 500 kata saja.
Usia Pembaca Awal untuk 6-7 Tahun
Umur kedua yang bisa kamu tentukan secara khusus untuk menulis buku anak-anak adalah 6-7 tahun.
Pada usia ini merupakan usia dimana anak menjadi pembaca awal yang mulai mampu mengenal huruf dan menyusun kata-kata. Namun, tetap saja mereka membutuhkan gambar supaya dapat menyusun cerita lebih sempurna.
Jumlah kata yang ideal untuk pembaca anak-anak pada usia ini berkisar dari 2.000 hingga 5.000 kata. Saran lain yang bisa kamu lakukan mungkin adalah dengan menulis bukumu dalam serial sebagai bagian melatih keterampilan membaca anak-anak di usia awal mereka.
Usia Pembaca 7-9 Tahun

Selanjutnya setelah melewati usia pembaca awal, anak-anak sudah siap untuk masuk ke era dimana jumlah katanya berkisar dari 5.000 hingga 10.000 kata.
Usia ini kadang disebut juga sebagai usia pembaca buku bab awal. Artinya adalah; anak-anak sudah lebih siap membaca buku dalam bentuk bab namun dengan pengemasan yang lebih ringan.
Gambar masih tetap dibutuhkan, namun jumlah dan variasi warnanya mungkin tidak akan sama seperti pada pembaca usia dibawahnya.
Usia Pembaca Menengah 9-12 Tahun
Contoh buku cerita anak yang cocok untuk usia ini adalah karangannya penulis fiksi klasik terkaya di dunia; JK. Rowling.
Harry Potters dan serialnya cukup menarik untuk dibaca pada anak usia ini. Jumlah kata yang ideal adalah 30.000 hingga 50.000 kata.
Meskipun pembaca pada usia ini menginginkan cerita yang lebih maju baik dari sisi prosa mau pun jalan cerita, kamu masih perlu menambahkan gambar untuk membuatnya lebih menarik. Hanya saja jumlah gambar sudah lebih sedikit dan letaknya hanya pada bagian tertentu saja.
Pembaca Remaja 12 – 18 Tahun

Nah, ini adalah batu loncatan terakhir antara sastra anak-anak dan dewasa. Jumlah kata untuk usia ini tidak beda dengan jumlah buku sastra untuk dewasa yakni sekitar 50.000 hingga 100.000 kata.
Metode penulisan untuk buku remaja juga tidak jauh berbeda dengan buku umum pada kelas dewasa. Gambar tidak begitu diperlukan lagi, namun tetap dapat diberikan sebagai penguat ilustrasi.
Meskipun sangat identik dengan susunan buku sastra untuk pembaca dewasa, buku remaja harus memiliki ciri khas dalam hal jalan cerita.
Pada umumnya jalan cerita dan tema buku remaja akan lebih bertutur mengenai bagaimana menyelesaikan persoalan yang bisa mengubah cara pandang mereka dan juga tentang menemukan jati diri.
BACA PULA:
- APA ITU PENULISAN KREATIF DAN 7 CARA AJAIB UNTUK MENJADI AHLI MELAKUKANNYA
- KUTIPAN NOVEL INSPIRATIF MERAPI BARAT DAYA JILID SATU, SUPER COOL!
3. Gunakan Kalimat yang Tidak ‘Merendahkan’ Anak-Anak

Langkah selanjutnya dalam rangkaian cara menulis buku cerita anak setelah kamu memilih usia yang paling ideal untuk pembacamu adalah memperhatikan kalimat yang kamu gunakan. Sedapat mungkin jangan menggunakan kata-kata yang ‘merendahkan’ anak-anak, walaupun tentu saja kamu tidak bermaksud melakukannya.
Lantas, apa sih, maksud dengan bahasa yang ‘merendahkan’ anak-anak itu?
Bahasa yang ‘merendahkan’ pembaca sebenarnya tidak hanya jangan diaplikasikan pada buku anak-anak, namun kepada setiap buku dengan segmentasi pembaca mana saja. Kalimat seperti ini kadang tersamar dalam susunan kalimat diksi yang tidak begitu kentara.
Contohnya adalah sebagai berikut;
“ Tidak perlu bersedih, Kamu memang tidak sepintar Einstein, tapi itu bukan masalah”.
“Kamu memang tidak bisa terbang seperti burung Rajawali, namun tidak ada yang salah dengan berjalan kaki”.
“Kamu memang bukan seorang puteri raja dari kerajaan kayangan, tapi kamu harus tetap berusaha”.
Kalimat semacam itu umum pada buku novel untuk dewasa. Namun untuk pembaca anak-anak dengan usia mereka yang masih gemerlapan, hal itu akan sangat berpengaruh. Ketika cerita itu dibaca keras (pada umumnya buku anak-anak memang dibaca secara keras) kalimat itu mungkin akan menciderai imajinasi mereka.
Jadi, sebaiknya memang tidak perlu dipergunakan.
Nah, untuk menambah keterampilan dalam hal ini, kamu dapat mempraktikkan tiga hal berikut ini;
Gunakan Kosakata Sesuai Usia

Kamu memang dapat menunjukkan kemampuan dan pengetahuan berbahasamu yang luar biasa pada banyak tempat, tapi ingat, buku anak-anak bukan salah satu di antaranya.
Jangan menggunakan pilihan bahasa yang rumit dan sulit dimengerti dan hindari menggunakan istilah yang tidak biasa digunakan oleh anak-anak.
Gunakan Kekuatan Pengulangan
Pengulangan kata dan situasi dapat lebih efektif pada usia anak-anak. Pengulangan semacam ini memberi anak-anak kesempatan untuk mengikutinya dengan mudah.
Di Indonesia, kita mengenal beberapa cerita anak yang cukup familiar dengan konsep pengulangan seperti ini. Majalah anak Bobo atau Bo-Bo, tokoh Rong-Rong dalam cerita Bona dan Rong-Rong, atau malah cerita yang lebih luas cakupannya seperti Chika Chika Boom Boom.
Gunakan Pantun jika Memang Perlu
Menulis cerita anak dengan irama seperti pantun sama sekali tidak ada salahnya, selama kamu bisa melakukannya dengan sempurna. Namun, jika kamu tidak terbiasa menulis cerita dalam bentuk pantun, maka jangan paksakan diri untuk mengaplikasikannya.
Pantun kadang-kadang efektif untuk anak sebagai cara mereka untuk mudah mengingat, namun sayangnya tidak selalu bekerja seperti itu.
Jadi pesannya adalah sebelum kamu menggunakan pantun; pastikan itu menarik untuk diingat dan dimengerti oleh anak-anak.
BACA INI JUGA, YUK
- INI SUDUT PANDANG NOVEL DAN CERPEN YANG PALING UMUM DALAM PENULISAN KARYA SASTRA
- 5 CARA PALING EFEKTIF MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI UNTUK PENULIS PEMULA
4. Ciptakan Karakter yang Mudah Diingat Anak-Anak

Langkah selanjutnya atau yang keempat sebagai cara membuat buku cerita sendiri untuk anak-anak adalah dengan memastikan karakter cerita atau tokoh yang kamu ciptakan mudah diingat oleh anak-anak.
Bagaimana contohnya?
Sekarang coba kamu ingat-ingat lagi karakter-karakter berikut ini;
- Upin dan Ipin
- Kancil dan Buaya
- Bobo
- Harry Potter
- Rapunzel
- Puteri Salju, dll
Muncul pertanyaan; bagaimana penulis mampu menciptakan karakter yang demikian kuat diingat oleh anak-anak seperti itu?
Menariknya adalah, kamu bisa mempelajari caranya dengan menerapkan tiga tips berikut ini;
Buat Karakter Protagonis Lebih Tua dari Usia Pembacamu
Mantra pertama yang bisa kamu terapkan untuk membuat karakter yang memorable untuk anak-anak adalah dengan menciptakan karakter yang usianya lebih tua dari target pembaca. Jadi, jika usia target pembacamu adalah anak-anak usia 6 hingga 7 tahun, maka kamu bisa membuat karakter protagonisnya ada pada usia 9 atau 10 tahun.
Hal ini menjadi menarik bagi anak-anak karena mereka berusaha menjadikan karakter tersebut sebagai sesuatu yang bisa diikuti dan dijadikan panutan.
Untuk lebih mudahnya, kamu bisa melihat contoh berikut ini;
Karakter Harry Potter yang berusia 11 tahun menjadi ideal untuk pembaca anak-anak pada usia 6-9 tahun.
Karakter Ramona Quimby yang berusia 8 tahun, dan ia cocok untuk pembaca anak-anak yang berusia 5 hingga 7 tahun.
Buat Karakternya Manusiawi

Dalam penulisan untuk pembaca segmentasi usia berapa pun, karakter yang diciptakan haruslah manusiawi. Manusiawi artinya karakter tersebut tetap memiliki batasan-batasan, kelebihan, kekurangan, motivasi, konflik dan lain sebagainya.
Memahami cara bikin buku cerita anak dengan menciptakan karakter yang manusiawi juga akan membantu anak-anak untuk memahami keterbatasan. Dan pada perkembangannya, mengajari mereka pula untuk belajar menerima dan mengatasi keterbatasan tersebut.
Sempurna Sama Dengan Hambar
Catatan terakhir untuk kamu yang akan menciptakan satu karakter fiksi cerita anak-anak adalah dengan menghindari menciptakan karakter yang sempurna.
Maksudnya adalah jangan membuat karakter sempurna di segala hal dan tidak memiliki kekurangan dan keterbatasan. Karakter seperti ini sangat tidak efektif, tidak bisa menciptakan konflik, dan cenderung membosankan atau hambar.
5. Tuliskan Naskah Pertamanya

Langkah selanjutnya sebagai cara menulis buku cerita untuk anak-anak adalah dengan mulai menuliskannya.
Setelah mendapatkan temanya, menetapkan target usia pembacanya, menciptakan karakternya, langkah kelima akan membawa kamu pada proses yang serius yakni menuliskannya. Ini adalah yang lebih ‘serius’ dari langkah-langkah sebelumnya dalam rangkaian cara menulis buku cerita anak.
Jangan terlalu berharap banyak pada naskah awal, karena ini hampir selalu berantakan.
Namun itu adalah situasi yang normal.
Naskah awal yang berantakan adalah hal umum, bahkan untuk penulis profesional dengan pengalaman dan jam terbang tinggi sekali pun.
Jadi mantranya adalah, jika hal ini terjadi pada kamu juga, just keep moving, kamu sudah ada jalan yang benar.
BACA JUGA:
- INI KUTIPAN NOVEL ISLAMEDINA YANG PALING BANYAK MENGURAS AIR MATA PEMBACA
- 5 CARA RISET UNTUK NOVEL YANG MUDAH DILAKUKAN MESKIPUN KAMU SENDIRI BELUM BERPENGALAMAN
6. Beri Jeda Sejenak dan Tulis Ulang

Walaupun kamu menulis buku cerita untuk anak-anak yang notabene konflik ceritanya sederhana, kamu tetap butuh jeda untuk bisa melakukannya dengan sempurna. Jadi ketika naskahmu sudah selesai, ambilah napas sejenak dengan sama sekali tidak menyentuh naskahmu selama satu dua hari.
Setelah kamu merasa cukup segar untuk kembali menulis, sekarang kamu dapat membaca ulang naskahmu dan mulai melakukan revisi.
Tulis ulang beberapa bagian yang kamu anggap kurang tepat, atau kurang mencapai target yang sudah kamu tetapkan. Pada tahap ini kamu dapat menyusun ulang, menulis revisi atau bahkan membuang beberapa bagian yang tidak relevan.
Tentu ini adalah pekerjaan yang tidak mudah dan melelahkan. Namun, kamu dapat berfokus pada beberapa hal berikut untuk membuat prosesnya jauh lebih mudah.
Tulis Apa pun yang Kamu Inginkan, Namun Pastikan Relevan dengan Pembacamu
Misalnya begini;
kamu ingin menulis cerita tentang pengkhianatan dan ketidaksetiaan. Jadi, untuk anak-anak kamu bisa membuat pengkhianatan ini datang dari sepasang sahabat dan teman baik, bukannya sepasang kekasih.
Tetapkan Satu Pesan Utama Cerita
Untuk pembaca anak-anak, pesan cerita yang sederhana adalah keharusan. Apalagi jika target pembaca bukumu adalah anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun. Jika pesannya cukup kompleks, sebaiknya kamu mengemasnya dalam serial.
Beri Bonus Hiburan Pada Orang Dewasa
Fokus terahir yang bisa kamu lakukan untuk menulis buku cerita anak yang menarik adalah dengan menyisipkan hiburan untuk orang tua mereka sendiri.
Tentu ini bukan hal yang prioritas. Akan tetapi jika kamu mampu melakukannya, ini akan menjadi nilai tambah yang menarik.
7. Editing!

Setelah menulis ulang dan memperbaiki disana-sini, kamu masuk pada tahap yang semakin tidak mudah dalam proses menulis buku cerita anak yakni, mengedit.
Editing adalah bagian yang cukup serius dan membutuhkan energi ekstra. Proses ini akan memaksa kamu untuk membaca ulang, mengedit dan mengulanginya lagi sampai kamu merasa benar-benar lega.
Nah, supaya hal ini tidak terlalu kelihatan menakutkan, berikut beberapa langkah yang bisa kamu terapkan.
Tidak Ada Masalah dengan “Kejam” Saat Mengedit
Semakin pendek dan sederhana sebuah cerita, semakin bagus itu untuk anak-anak.
Anak-anak tidak membutuhkan cerita yang terlalu rinci dan mendetail. Jika satu kalimat yang kamu hapus tidak mempengaruhi cerita dan tetap mampu menyampaikan pesan cerita dengan baik, maka hapus saja.
Dan lakukan hal itu pada bagian-bagian lainnya pula.
Bagikan dengan Komunitas dan Pembaca Beta

Tips kedua yang sangat berguna dalam mengedit supaya kamu dapat menciptakan buku cerita anak yang bagus adalah dengan membagikan kepada satu komunitas dimana terdapat pula target pembacamu disana.
Komunitas ini tentu saja misalnya dapat kamu temukan di group facebook, instagram, whatsapp, atau bahkan lingkungan rumahmu sendiri.
Pembaca beta atau pembaca uji coba akan memberikan feedback yang paling kamu butuhkan. Dan karena target pembacamu adalan anak-anak, maka tentu pembaca betamu juga adalah anak-anak. Menariknya lagi, anak-anak adalah pembaca paling jujur yang akan memberikan feedback ceritamu secara polos dan jujur pula.
Jadi, pastikan kamu mendengar pendapat mereka.
BACA JUGA:
- TIPS MEMBUAT OPENING CERPEN YANG MENARIK DALAM 9 LANGKAH MUDAH
- 5 ELEMEN CERITA FIKSI YANG PALING PENTING DALAM PENULISAN CERPEN ATAU NOVEL
8. Temukan Ilustrator dan Editor yang Profesional (Jika Kamu Memang Membutuhkannya)

Setelah naskahmu sudah jadi dan kamu sudah menempuh semua langkah di atas tapi malangnya kamu masih merasa ada yang kurang, maka sekarang kamu harus meminta bantuan pada ahlinya; seorang editor buku anak profesional.
Jika kamu memiliki kenalan, maka ini akan lebih mudah untuk dilakukan. Namun jika tidak, kamu mungkin harus mengeluarkan sedikit biaya untuk investasi cerita yang sempurna. Tidak ada salahnya dengan hal itu, bukan?
Kemudian pastikan pula dalam langkah ini apakah kamu memerlukan jasa seorang ilustrator atau tidak?
Untuk buku-buku remaja dengan pembaca yang sudah hampir memasuki usia dewasa, kamu mungkin tidak begitu membutuhkan ilustrator. Namun untuk buku anak-anak dengan usia di bawah 10 tahun, ilustrasi adalah setengah dari cerita.
Nah, jika kamu memang membutuhkan ilustrator, kamu bisa mendapatkannya melalui berbagai platform situs freelance. Ada banyak ilustrator hebat disana yang bisa kamu ajak bekerjasama.
Atau jika kamu suka tantangan, kamu tentu saja juga boleh mencobanya sendiri dengan belajar cara membuat ilustrasi buku cerita anak yang bagus dan efektif.
9. Terbitkan Buku Cerita Anak Karyamu!

Ini adalah langkah final dalam membuat buku cerita anak yaitu dengan menerbitkannya.
Dalam menerbitkan buku cerita anak, kamu bisa memilih mengirim naskahmu ke penerbit mayor dan menunggu untuk diterbitkan.
Namun jika kamu merasa tidak begitu sabar dalam menunggu yang hasilnya belum tentu diterima atau tidak, maka kamu harus menerbitkannya dengan metode self publishing. Informasi lebih lengkap mengenai proses penerbitan mandiri atau self publishing dapat kamu baca disini.
BACA JUGA:
- INI 3 LANGKAH PALING MUDAH UNTUK MENJADI PENULIS NOVEL BAGI PEMULA
- CARA MENULIS FLASHBACK DALAM CERPEN ATAU NOVEL DENGAN TEPAT DAN EFEKTIF
Tingkatkan keterampilan menulismu
Yuk, bergabung bersama kelas menulis online kami dan skill writingmu akan naik satu tingkat

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 15 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.
Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.
Tulisan saya yang lain dapat dibaca pula pada website;
Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.
Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini:
10 thoughts on “Cara Menulis Buku Cerita Anak”
Comments are closed.