Sama seperti belajar naik sepeda, cara menulis novel yang terbaikadalah dengan melakukannya. Namun, tidak seperti menaiki BMX atau Polygon, menulis novel tidak dapat kamu selesaikan dalam satu hari. Menulis novel membutuhkan lebih banyak komitmen dan ketekunan.
Jika kamu perhatikan, tata cara menulis novel akan selalu berawal dari sesuatu yang payah. Artinya kamu mungkin menulis sesuatu yang nggak karuan pada awalnya, tapi seiring waktu, tulisanmu akan semakin membaik, menarik dan mengagumkan.
Nah, artikel Penulis Gunung kali ini akan membedah bagaimana cara menulis novel yang terbagi dalam 15 langkah praktis. Langkah ini sendiri terbagi dalam tiga bagian besar yakni; sebelum menulis novel, selama penulisan novel, dan setelah naskahnya selesai.
Nah, bagaimana penjelasan masing-masing bagian tersebut?
Cara Menulis Novel Bagian Pertama: Sebelum Memulai Penulisan
Ini adalah tips yang klise; bahwa semakin baik kamu mempersiapkan diri sebelum menulis novel, semakin besar peluangmu untuk menyelesaikannya sampai finish.
Langkah-langkah dalam bagian sebelum penulisan ini sangat penting bagi penulis manapun, terutama bagi penulis pemula. Selain menjadi dasar menuju penulisan novel yang tuntas, bagian ini juga menjadi pondasi bagi kamu untuk lebih mudah melewati setiap tantangan dalam proses penulisan nantinya.
Sangat mungkin bagimu untuk bertarung dengan writer’s block pada saat novelmu baru pertengahan. Nah persiapan pra penulisan ini akan menjadi senjata ampuh bagi kamu untuk bisa menghadapinya dengan baik.
Cara memulai menulis novel pra penulisan ini terdiri dari 8 langkah pertama. Mari kita mulai dari yang pertama.
1. Tetapkan Ide Cerita

Jika kamu kesulitan menemukan ide cerita apa yang akan kamu tuliskan, jangan khawatir, karena ada banyak ide cerita yang bisa kamu adopsi. Bahkan jika kamu ingin memulainya dengan lebih mudah, kamu bisa menggunakan premis-premis cerita berikut ini;
- Ide cerita untuk genre misteri
- Ide cerita untuk genre fiksi romantis
- Ide untuk cerita fiksi ilmiah
- Ide untuk menulis novel non fiksi
- Ide cerita untuk menulis novel horor
Setelah kamu mendapatkan ide cerita apa yang akan menjadi garis besar cerita novelmu, sekarang adalah waktu untuk memberikannya sayap supaya dapat mengangkasa dalam penulisan. Jika ini terasa membingungkan, kamu dapat memulai dari pesan apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan kepada pembaca.
Pesan di balik buku Anda adalah temanya, dan itu akan menggarisbawahi keseluruhan cerita.
Jadi, apa pesan yang ingin kamu sampaikan kepada pembaca dalam novelmu?
Misalnya kita ambil contoh novel klasik Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka. Novel ini mengeksplorasi penderitaan, kesedihan, air mata dan kasih sayang tulus. Tapi jika kita menghubungkan keseluruhan bangunan cerita bahwa takdir Tuhan akan mejadi penentu segala hasrat manusia.
Pesannya mungkin kemudian adalah kepasrahan kepada Allah akan selalu mengantarkan manusia pada kebahagiaan abadi. Jika tidak ia peroleh di dunia, maka kebahagiaan itu akan menyambutnya di akhirat.
2. Baca Novel dalam Genre yang Sama
Proses menulis sama sekali tidak bisa terpisah dengan aktivitas membaca. Seorang penulis akan memiliki kemampuan menulis sebaik kemampuannya dalam membaca. Dan ini mantra yang sama jika kamu ingin menulis novelmu untuk yang pertamakalinya.
Jadi, jika kamu ingin menulis novel dengan genre misteri, maka coba baca novel populer untuk genre yang sama. Atau jika kamu ingin menulis novel fiksi ilmiah, maka kamu juga seharusnya membaca beberapa novel fiksi ilmiah populer yang lain sebagai pandanganmu.
Ada banyak alasan mengapa waktu yang kamu habiskan untuk membaca akan bermanfaat bagi kamu sebagai seorang calon penulis:
- Kamu memiliki gambaran apa yang sudah penulis tuliskan, dan kamu dapat mengasah kreativitas menciptakan sesuatu yang baru untuk pembaca.
- Kamu juga akan memahami apa yang telah terbukti populer dalam genre tertentu. Kamu akan mengetahui apa yang menjadi ekspektasi pembaca. Kemudian kamu dapat menentukan cara menulis novel yang baik dan memuaskan mereka.
- Kamu juga bisa melihat bagaimana penulis lain mengeksplorasi genre tersebut. Bagaimana mereka bercerita, membangun dialog, membangun konflik hingga sampai ending cerita yang menyenangkan untuk pembaca.
Memutuskan untuk membaca novel best seller dengan genre yang sama dengan yang kamu tulis sama sekali bukan perencanaan plagiarisme. Ini adalah upaya untuk meraba dan menetapkan seperti apa dunia dalam novelmu sendiri nantinya.
Dengan kepekaan sebagai penulis kamu dapat menilai bagian yang akan kamu eksplorasi untuk menghasilkan novel yang lebih menarik bagi pembaca.
3. Pilih Sudut Pandang Penceritaan yang Ideal

Ini seperti mendengarkan gosip yang semakin menjauh dari kebenaran. Sudut pandang yang tidak tepat dalam cara menulis novel yang baik dan benar akan memberikan perspektif yang kabur bagi pembaca.
Kamu pernah mendengar gosip, kan?
Perhatikan bahwa; semakin banyak ia diceritakan, berkembang dari satu orang ke orang lain, maka semakin jauh ia dari kebenaran. Akan ada tambahan, pengurangan, hiperbola dan lain sebagainya. Bagaimanapun juga, sudut pandang yang orisinil dari sebuah kisah, akan membawa pembaca masuk lebih sempurna dalam cerita yang sebenarnya.
Dalam penulisan cerita apa pun, berikut pilihan sudut pandang yang bisa kamu gunakan. Pertimbangkan untuk memilih yang paling sesuai dengan pesan cerita dalam novelmu.
- Sudut Pandang Orang Pertama: Cerita diceritakan dari sudut pandang penulis atau narator fiksi. Kata ganti utama yang umum penulis gunakan adalah “aku, saya, gue, dan sejenisnya”. Pelajari cara menggunakan sudut pandang orang pertama dalam artikel ini.
- Sudut Pandang Orang Kedua: Dalam novel fiksi, penulis jarang menggunakan POV ini. Dalam sudut pandang ini penulis menempatkan pembaca seakan diri mereka ada pada posisi karakter. Kata ganti utama yang biasa penulisan gunakan adalah “kamu, anda, lu, sampeyan, kalian, dan sebagainya”
- Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas: Penulis ataunarator dalam sudut pandang ini hanya memiliki wawasan tentang pikiran dan perasaan satu karakter pada satu waktu tertentu. Kata ganti untuk POV ini adalah: “dia, ia, mereka, milik mereka”
- Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu: Penulis tahu segalanya dan dapat mengungkapkan apa pun yang terjadi pada karakter mana pun di titik mana pun dalam cerita. Kata ganti yang digunakan sama dengan kata ganti orang ketiga terbatas atau langsung menyebut nama karakter. Pelajari cara menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dalam artikel ini.
4. Tetapkan Setting Cerita
Tips dan cara menulis novel untuk pemula selanjutnya adalah dengan memilih setting cerita yang tepat dengan tema cerita. Jika kamu menulis novel horor, maka setting tempat yang mungkin akan kamu pilih adalah bangunan kosong yang terbengkalai, hutan yang lebat, kampung yang terpencil atau justru wilayah kuburan. Seperti banyak dalam film hantu Indonesia.
Lain lagi jika misalnya kamu menulis sebuah cerita romantis. Kamu mungkin akan mempertimbangkan tempat-tempat dengan aura romantisme terbaik yang kamu kenal. Kamu bisa memilih Paris, Turki, Tanah Lot di Bali dan lain sebagainya.
Intinya adalah, setting yang tepat akan mendukung cerita menjadi lebih sempurna. Termasuk kesempurnaan karakter, konflik, plot hingga ending yang tepat.
Namun penting juga untuk kamu ingat bahwa setting bukan hanya tempat. Setting memiliki makna yang lebih luas dalam sebuah penceritaan novel. Setting bisa berarti waktu, setting bisa berarti budaya, adat istiadat, pandangan politik, keyakinan dan sebagainya.
Sebagai contoh:
Jika kamu misalnya memilih setting novelmu pada tahun 1950-an ketika perang kemerdekaan berkecamuk, maka jangan menulis semua orang memiliki handphone seperti saat ini. Jangan menulis bahwa gaya alay dan masyarakat hedonis merajalela. Ingat kembali bahwa kamu menulis di tahun 1950, dan semua unsur pendukung cerita harus sesuai dengan saat itu.
Sebagai tips tambahan saat menentukan setting sebagai bagian cara memulai menulis novel adalah riset. Jadi jika tempat yang menjadi setting cerita tidak kamu ketahui dengan baik, maka lakukan riset. Ada banyak cara untuk melakukannya, internet adalah salah satu yang paling mudah.
5. Bangun Karakter Cerita yang Kuat

Sebelum kamu menetapkan nama dan ciri-ciri fisik karakter cerita yang akan menjadi protagonis ceritamu, pikirkan dulu beberapa faktor emosional yang paling penting berikut ini;
- Tujuan : Apa yang karakter novelmu inginkan sebenarnya? Sebagai contoh; dalam novel Merapi Barat Daya, tujuan Tatras adalah mencapai puncak Sisi Selatan Gunung Merapi yang tak terkalahkan.
- Motivasi atau Dorongan: Mengapa karakter cerita menginginkan tujuan tersebut? Tatras ingin mencapai Puncak Selatan Merapi karena ia harus mengalahkan dirinya sendiri.
- Dinamis atau Statis: Apakah karakter ceritamu mengalami perubahan sepanjang jalan cerita, atau akankah sebagian besar tetap sama?
Setelah semua komponen emosional itu selesai kamu rumuskan, sekarang adalah saatnya untuk menentukan bagian yang lebih spesifik. Cara belajar menulis novel apa pun nantinya akan mempertemukanmu dengan beberapa keharusan berikut terkait karakter cerita.
- Buat profil karakter yang mencakup segalanya mulai dari penampilan, kepribadian, masa lalu hingga keluarga. Supaya lebih mudah, gunakan checklist membangun karakter berikut ini.
- Berikan karaktermu masa lalu yang mampu menjadi motivasi atau dorongan baginya dalam bertindak sepanjang cerita.
- Berikan tokoh dalam novelmu nama yang ideal, mudah untuk pembaca ingat dan unik.
6. Tetapkan Konflik dan Taruhannya
Konflik adalah bagian penting dalam cerita, baik ia novel, cerpen, hikayat, drama atau apapun. Novel tanpa konflik hanya seperti sebuah laporan panjang yang membosankan.
Dengan cara ini maka konflik adalah apa yang akan membuat jalan karakter ceritamu untuk mencapai atau tidak mencapai tujuannya menarik bagi pembaca. Konflik adalah akumulasi total dari rintangan yang protagonis harus hadapi di sepanjang jalannya.
Dalam novel, ada dua kategori besar konflik, yaitu:
a. Konflik Internal
Lebih mudah untuk mengartikan konflik internal sebagai sebuah pertarungan yang terjadi dalam benak dan pikiran tokoh cerita. Cara lain untuk mengartikan konflik internal adalah menganggap bahwa musuh terbesar karakter cerita adalah dirinya sendiri.
Nah jika kamu membuat seorang tokoh cerita yang depresi, amnesia, berkpribadian ganda dan berperang dengan dirinya sendiri, maka itu adalah konflik internal.
b. Konflik Eksternal
Konflik eksternal tentu saja kebalikan dari konflik internal yakni hambatan yang tokoh cerita hadapi berasal dari luar dirinya sendiri. Jadi, jika kamu menggunakan contoh menulis novel yang memberikan lawan utama dari protagonis adalah tokoh antagonis, maka itu termasuk konflik eksternal.
Intinya konflik apa pun yang asalnya dari luar diri tokoh cerita sendiri, maka itu adalah konflik eksternal. Termasuk kekuatan alam, supranatural, teknologi atau apa saja.
Setelah kamu menentukan konflik ceritamu, sekarang adalah waktunya untuk memasang taruhannya. Jadi; apa yang akan terjadi jika konflik mengalahkan karakter dan ia tidak berhasil mencapai tujuannya?
Tatras dalam Merapi Barat Daya akan kehilangan kesempatan mencapai mimpinya dan Tebing Selatan itu akan menghilang selamanya. Itu taruhan yang ia hadapi jika ia gagal menyelesaikan konfliknya.
7. Buat Outline Cerita

Para penulis cerita fiksi terbagi dalam dua kelompok jika sudah berhubungan dengan outline atau kerangka cerita. Kelompok pertama adalah plotter dan kelompok kedua pantser.
Plotter, seperti yang mungkin sudah kamu duga, adalah penulis fiksi yang merencanakan ke mana arah novel mereka sebelum mereka mulai menulis. Penulis plotter selalu membuat outline atau kerangka sebelum menulis novel mereka. Beberapa penulis dunia dengan prinsip ini misalnya J.K. Rowling, Dan Brown dan lain sebagainya.
Sebaliknya Pantser adalah orang yang tidak menggunakan outline dalam menulis cerita mereka. Para penulis hanya punya gambaran di kepala mereka dan mereka menulis hanya dengan itu. Jika kamu bertanya para penulis yang menulis mengalir apa adanya, para Pantser inilah orangnya. Stephen King adalah salah satu contohnya.
Jika tujuan finalmu adalah menulis dan menerbitkan novel baik secara mandiri ataupun konvensional, plotter adalah saran terbaiknya. Ini juga menjadi kunci bagaimana cara menulis novel bagi pemula yang seringkali tidak mereka lakukan. Membuat outline adalah bagian krusial bagi penulis pemula untuk menyelesaikan cerita mereka.
Tapi bagimana caranya membuat outline novel yang benar?
Tata cara membuat outline novel bisa kamu lihat dalam artikel ini. Namun jika kamu bertanya apa manfaat outline cerita spesifik dalam penulisan novel? Maka jawabannya adalah sebagai salah satu rahasia yang mudah untuk keluar dari kuncian writer’s block.
8. Tentukan Struktur Cerita Novelmu
Memang benar bahwa semua cerita memiliki bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Namun dalam praktiknya, kamu juga dapat secara drastis mengubah cara menyusun struktur ceritanya.
Misalnya, kamu mungkin tertarik untuk menggunakan beberapa struktur cerita berikut ini;
- Freytag Piramid: Ini adalah struktur tiga babak yang secara umum ada pada banyak model cerita, yang berawal dari pemulaan, klimaks dan anti klimaks.
- Kurva Fichtean: Ini menggunakan banyak klimaks, melewatkan eksposisi dan memberikan banyak ketegangan pada setiap bagian cerita.
- In Medias Res: Kamu mengawali langsung pada bagian paling menarik dari cerita atau pada bagian pertengahannya, kemudian menggunakan kombinasi flashback untuk menceritakan sisanya.
- Struktur Cerita Tujuh Poin: Ini seperti Hero Journey dalam plot umum, lebih mudah untuk mengidentifikasinya dari pasang surut cerita yang terjadi.
Nah, sebelum kamu memulai menulis novelmu, pastikan kamu menentukan struktur ceritanya terlebih dulu.
Jadi secara lengkap, sebelum kamu mulai menulis satu kalimatpun dalam naskah novelmu, sebaiknya kamu memeriksa kembali apakah kamu sudah mempersiapkan 8 langkah yang sudah tertera di atas.
Bagian Kedua: Saat Proses Penulisan Novel
Jika kamu telah menyelesaikan delapan langkah di atas, kamu sedang berjalan menuju sebuah novel yang akan bisa kamu tulis sampai tamat. Dengan semua fondasi yang telah tersedia dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah menulis. Dan itu akan lebih mudah jika semua bagian dasarnya sudah kamu siapkan.
Nah dalam bagian kedua, kamu akan lebih berfokus pada proses penulisan naskahnya.
Ibarat memasak; semua menu sudah tersedia, alat masak sudah siap dan kompor sudah menyala, maka sekarang adalah waktunya bagimu untuk meracik semua bahannya.
9. Putuskan Bagaimana Kamu Akan Menulis

Ini tidak seperti memilih apakah kamu akan mengadopsi cara seperti seorang plotter atau pantser dalam menyusun cerita. Bagaimana menulis dalam pengertian ini memiliki makna yang benar-benar seperti kedengarannya.
Jadi pertanyaan dasarnya adalah; Bagaimana kamu akan menulis novelmu itu?
Apakah dengan kertas dan pena, apakah dengan menggunakan aplikasi handphone, apakah menggunakan komputer dan mengetiknya di microsoft wold atau google document?
Hari ini kamu tidak perlu mencelupkan pena ke tinta dan mengulanginya setiap beberapa kata. Hampir semua teknologi memungkinkan kamu untuk bisa menulis dengan cara apa pun yang kamu suka. Bahkan jika kamu ingin mendiktekan ceritamu dan membiarkan mesin yang menuliskannya, teknologi hari ini pun bisa melakukannya.
Untuk menemukan cara yang paling menyenangkan untuk kamu gunakan, kamu mungkin bisa melakukan riset. Pelajari cara menulis novel di microsoft word, pelajari cari menulis dengan bantuan aplikasi seluler, atau menggunakan template lain yang kamu nyaman melakukannya.
Bahkan jika kamu lebih nyaman menulis dengan gaya klasik menggunakan kertas dan pena bulu elang sekalipun, tidak masalah. Bagaimana cara menulis adalah sepenuhnya tentang bagaimana cara paling nyaman untuk kamu menulis novelmu.
10. Mengidentifikasi Target Pembaca
Langkah selanjutnya dalam proses penulisan novel adalah mengidentifikasi siapa yang akan menjadi pembaca novel kamu nantinya? Tentu saja tidak semua orang dapat kamu targetkan sebagai pasar penulisan novelmu. Harus ada satu bagian yang spesifik untuk memudahkan orientasi penulisanmu pula.
Jika kamu menulis genre misteri, maka target pembacamu adalah orang-orang yang menyukai misteri. Kamu tidak dapat menuliskan novel dengan gaya misteri namun memasarkannya kepada pembaca genre religius.
Begitu juga jika misalnya kamu ingin menargetkan pembaca genre romantis tapi justru gaya berceritamu menggunakan gaya penulisan horor. Ini tidak membantu dan tidak efektif sama sekali. Idealnya adalah kamu bisa menyesuaikan target pembacamu dengan gaya penulisanmu sendiri.
Namun jika kamu memang kesulitan mengidentifikasi siapa yang akan menjadi target pasar novelmu, menjawab beberapa pertanyaan berikut bisa membantumu untuk melakukannya.
- Berapa perkiraan umur pembacamu?
- Genre apa yang mereka ingin baca?
- Apa hobi mereka?
- Siapa saja penulis favorit mereka?
- Apa saja film favorit mereka?
- Apakah mereka tinggal di suatu tempat tertentu?
- Dan seterusnya.
11. Tetapkan Aktivitas Menulis sebagai Rutinitas

Sudah tidak perlu lagi untuk berdebat tentang hal ini, saya yakin kamu juga sudah tahu kalau ini adalah bagian dari kunci keberhasilan. Bagaimana pun kamu melihatnya, tetap saja untuk membuat kemajuan pada tujuan apa pun, mengerjakannya harus menjadi bagian dari rutinitas. Dan itu juga berlaku dalam dunia menulis.
Menjadikan aktivitas menulis sebagai bagian dari rutinitas adalah bagian dari keharusan untuk mencapai keberhasilan. Rutinitas akan berkaitan erat dengan disiplin, ketekunan, konsistensi dan juga semangat pantang menyerah.
Ini mungkin terdengar menakutkan, tapi inilah rahasia terpenting cara menulis novel online, offline atau bahkan hanya sekedar cerpen saja. Untuk membuatnya lebih mudah, berikut beberapa tips yang bisa kamu ikuti;
a. Buat Jadwal Menulis yang Ketat dan Tanpa Kompromi
Artinya kamu menulis dan membangun komitmen tingkat tinggi untuk menjalaninya.
Kamu bisa membuat jadwal menulis 30 menit dalam satu hari, 2 jam dalam seminggu, atau bagaimana pun jadwal yang mungkin untuk kamu patuhi dengan penuh. Intinya tidak ada kompromi untuk menunda jadwal ini kecuali dalam kondisi yang benar-benar darurat.
b. Bagi Proyek dalam Bagian-bagian Kecil
Menulis 100.000 kata sekaligus tentu sangat berat untuk kamu lakukan, apalagi jika kamu adalah seorang penulis pemula.
Tapi bagaimana jika kamu memecahkan 100.000 kata itu adalah 20, 30, atau 40 bagian? Tentu akan terasa lebih mungkin untuk kamu kerjakan, bukan?
Selain jumlah kata, kamu juga bisa menggunakan bab untuk membagi proyek penulisanmu. Seekor singa tidak bisa memakan gajah sekaligus kecuali jika ia memotongnya menjadi bagian-bagian kecil terlebih dulu.
c. Tetapkan Deadline
Deadline sama sekali bukan perangkap atau jerat untuk bunuh diri. Ini adalah cara para penulis profesional untuk memacu disiplin dan kerja keras mereka. Deadline memberikan kamu motivasi untuk mengerjakan sebuah proyek dengan tepat waktu.
Bagian Ketiga: Setelah Naskah Pertamamu Selesai

Meskipun belum selesai, tapi jika kamu berhasil menulis novelmu hingga garis finish, maka itu layak untuk kamu rayakan.
Hal yang harus kamu ingat ketika naskah pertamamu selesai adalah; ini adalah naskah yang masih harus diperbaiki. Naskah pertama baik itu hasil dari penulis berpengalaman atau pun hasil dari penulis pemula, semuanya payah dan harus masuk dapur revisi. Yang membedakan dari kedua naskah tersebut hanya porsi kesalahannya saja.
Nah supaya cerita dalam novelmu menjadi sempurna dan terlupakan, ikuti 4 langkah terakhir berikut ini sebelum novel tersebut secara resmi kamu terbitkan.
12. Ambil Masa Jeda
Ini adalah hal yang sangat penting untuk kamu lakukan. Jika naskah pertamamu sudah selesai, maka tinggalkan sesaat naskah tersebut.
Kalau naskah itu adalah setumpuk kertas, maka masukkan ia ke dalam lemari dan kunci rapat hingga setidaknya dua minggu atau satu bulan. Jika ia ada dalam folder komputer, maka simpan filenya dan jangan dibuka-buka lagi sampai setidaknya dua pekan.
Mengapa demikian?
Alasan paling mendasar dari langkah ini adalah karena kamu membutuhkan pikiran yang fresh saat masuk dalam proses editing, revisi dan proof reading. Setelah persiapan penulisan, riset, menulis naskah hingga selesai, tentu pikiranmu lelah dan membutuhkan istirahat. Jadi jangan kejam dengan tubuh dan otakmu sendiri, biarkan mereka beristirahat untuk sementara waktu.
Dalam masa jeda ini, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan, kecuali membuka naskah novelmu lagi.
Jika kamu ingin pergi mendaki gunung, memancing, berlibur ke kampung halaman, atau bermain bola, lakukan. Terserah padamu apa pun kegiatan yang ingin kamu lakukan. Yang penting, pastikan pikiran kamu benar-benar merasa rileks setelahnya.
13. Baca Ulang, Edit dan Ulangi Kembali

Saya tidak bisa menemukan kalimat yang bisa menghiburmu dalam langkah cara menulis novel yang ini. Proses editing, proof reading, revise dan baca ulang adalah bagian yang paling melelahkan dari rangkaian perjalanan menulis sebuah novel.
Tidak ada jumlah ajaib berapa kali kamu harus membaca ulang ceritamu dan merevisinya kembali. Pada sebagian besar penulis, setiap kali kamu membaca naskah ceritamu, kemungkinan besar kamu akan menulis ulang beberapa bagian. Kemudian kamu harus membaca ulang lagi, yang mungkin menyebabkan kamu akan menulis ulang lagi. Begitu seterusnya dan seterusnya.
Untuk memastikan bahwa kamu tidak terjebak dalam siklus pengeditan tanpa akhir seperti itu, maka jangan mengedit semuanya sekaligus.
Jadi, telusuri novel kamu untuk mencari masalah tertentu dan hanya perbaiki masalah itu saja. Jika dalam proses ini kamu melihat hal-hal lain, catat saja dulu dan perbaiki nanti. Untuk sementara tetap fokus pada tugas awalmu.
Dalam proses baca ulang dan tulis ulang, berikut beberapa hal yang mungkin bisa kamu perhatikan:
a. Show don’t Tell
Dalam upaya ini, ingatlah selalu kata-kata Anton Chekhov bahwa; “Jangan bilang bulan bersinar tapi, tunjukkan padaku kilatan cahaya pada pecahan kaca”
Prinsip show don’t tell juga sama, kamu mungkin tidak perlu mengatakan semuanya kepada pembaca secara blak-blakan. Pada banyak kondisi, kamu justru harus menunjukkan hal tersebut kepada pembaca. Buat seolah-olah pembaca menyaksikan adegan dalam ceritamu di depan mereka.
b. Pilih Kata yang Tepat dalam Dialog
Ada kebingungan bagi penulis pemula kadang-kadang ketika novel mereka masuk dalam adegan atau dialog. Saat tokoh cerita sedang mengobrol, kamu mungkin tergoda untuk menuliskan kata-kata seperti: katanya, ujarnya, teriaknya, tegasnya, imbuhnya, gumamnya dan lain sebagainya.
Tidak ada rumus khusus untuk mengetahui bagaimana menyisipkan kata-kata tersebut dalam cerita. Kamu hanya membutuhkan feeling, referensi dan kesederhanaan dalam bercerita. Intinya bangunlah narasi adegan dan dialogmu dengan senatural mungkin.
c. Jangan Terjebak Prosa Ungu
Prosa ungu adalah istilah untuk bahasa novel yang terlalu dibumbui yang sebenarnya tidak banyak menambah nilai cerita. Ketika kamu memaksakan diksi yang indah dengan bahasa yang cenderung berbelit-belit, kamu telah terjebak dalam prosa ungu.
Nah dalam proses editing ini, sebaiknya kamu menghilangkan prosa ungu.
14. Bekerja Sama dengan Pembaca Beta
Pembaca beta adalah seseorang yang membaca naskah sebelum naskah tersebut diterbitkan yang tujuannya untuk memberikan feedback pada penulis dari sudut pandang pembaca. Biasanya, pembaca beta adalah teman, anggota keluarga, atau mungkin seseorang yang kamu temui melalui komunitas penulisan.
Bekerja dengan pembaca beta itu penting karena selama proses penulisan, penulis sering menjadi buta terhadap hal-hal yang dapat menjadi kecacatan cerita. Hal tersebut misalnya adalah plot hole, tipografi, hingga ambiguitas. Melalui kacamata pembaca, pembaca beta dapat membantu kamu menyelesaikan berbagai masalah tersebut sebelum novelmu terbit.
Jadi jika kamu memiliki lingkungan yang dapat kamu berdayakan sebagai pembaca beta, maka manfaatkan hal tersebut.
Pembaca beta akan memberikan kamu feedback, kritik dan saran yang kamu perlukan untuk meperbaiki cerita sebelum itu menjadi konsumsi umum. Ini jelas lebih baik daripada kritik itu datang ketika novelmu sudah terlanjur tersebar luas.
15. Gunakan Jasa Editor Profesional atau Edit Sendiri

Tips terakhir sebelum kamu mempublikasikan novelmu adalah; pastikan semua sudah sesuai, tidak ada kesalahan lagi.
Tapi, bagaimana cara memastikan hal ini?
Cara paling mudah untuk melakukannya adalah dengan menyewa jasa editor profesional.
Dengan skill yang mereka miliki, editor profesional mampu menguliti semua naskahmu dan menemukan hal-hal yang akan menjadi sisi minusnya. Ini memang mudah dan sangat efektif, namun biaya yang kamu keluarkan untuk menyewa jasa seorang editor profesional juga akan sepadan.
Jika kamu merasa keberatan dengan biayanya, kamu bisa melakukan editing naskahmu sendiri. Namun ini tentu adalah sebuah tantangan yang tidak semua penulis bisa menaklukkannya. Apalagi ini adalah pertamakali bagimu menulis novel, maka mengedit bisa menjadi tugas yang akan membuat depresi.
Kesimpulan
Nah itu adalah 15 langkah cara menulis novel yang bisa kamu praktikkan. 15 langkah ini akan membawa kamu dari kalimat “suatu hari saya akan menulis novel” menjadi “Hari ini aku telah selesai menulis sebuah novel”.
Selama proses tersebut, judul yang sempurna untuk bukumu mungkin akan datang kepadamu. Namun jika memang kamu masih belum mendapat judul yang tepat untuk bukumu, bagian itu mungkin akan menjadi tugas terakhir untuk kamu lakukan.
Tetapi jika membuat judul adalah hal berat untuk kamu kerjakan, panduan dalam artikel ini akan membantu kamu melakukannya.
Selamat menulis!
BACA JUGA:
- APA PERBEDAAN ANTARA AUTHOR DAN WRITER?
- TOKOH PROTAGONIS ADALAH TOKOH UTAMA CERITA. BENARKAH?
- BERDAMAI DENGAN MASA LALU DENGAN MENULIS
Tingkatkan skill menulismu
Yuk, gabung di Kelas Menulis Online Penulis Gunung dan keterampilan menulismu akan naik satu level

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 19 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.
Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.
Tulisan saya yang lain dapat dibaca pula pada website;
- www.arcopodojournal.online
- www.penulismodern.blogspot.com
- www.arcopodojournal.wordpress.com
- www.islamedina.wordpress.com
Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.
Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini: