Klise dalam Novel dan Cara Mudah Menghindarinya

Klise Dalam Novel

Klise dalam novel bukan saja membuat cerita menjadi terasa hambar namun juga seolah memverifikasi bahwa sang penulis kehilangan orisinalitasnya sendiri. Untuk itulah sebagai penulis kamu sebaiknya menghindari klise sedapat mungkin.

Tetapi, apa sebenarnya maksud klise dalam sastra?

Nah, Penulis Gunung akan mengajak kamu untuk membahasnya kali ini.

Kamu punya kisah hidup menarik untuk dijadikan buku namun bingung cara menuliskannya?

Apa Itu Klise dalam Novel?

klise dalam novel
Photo by Pixabay on Pexels.com

Klise adalah sebuah ekspresi yang dulunya adalah sesuatu yang inovatif namun kehilangan nilai estetikanya karena terlampau sering digunakan. Klise sebenarnya memiliki jangkauan yang lebih luas dalam sastra, ini termasuk kata, istilah, kalimat, trope, karakter hingga plot.

Jika kamu menggunakan frasa misalnya ‘semerah darah’ maka itu juga termasuk klise yang menggunakan kata darah untuk menunjukkan deskripsi universal warna merah. Ungkapan lain seperti ‘secepat kilat, mabuk kepayang, kaki di kepala, kepala di kaki’ dan yang sejenis dengan itu juga termasuk dalam ruang lingkup klise.

Itu adalah contoh yang sederhana dan remeh, lalu bagaimana dengan klise yang serius dalam novel?

Satu cerita dengan tokoh protagonis berubah menjadi hantu yang menuntut balas karena sebelumnya dibunuh dan diperkosa adalah salah satu contoh klise dalam film horor Indonesia. Atau dalam kisah romantis, sepasang kekasih yang memadu cinta padahal sebelumnya saling benci juga adalah hal yang klise.

Bahkan penggambaran karakter dalam novelpun bisa sangat klise dan membosankan. Misalnya ketika sosok antagonis yang selalu identik dengan wajah sangar, baju hitam, bertato, dan berprilaku kasar. Di lain pihak, penggambaran karakter protagonis yang selalu baik hati, suka menolong, terintimidasi juga adalah bentuk klise dalam penokohan cerita.

Mengapa Klise dalam Novel harus Kamu Hindari?

Alasan paling sederhana mengapa klise dalam penulisan novel, cerpen, serial komik atau apa pun bentuknya dalam penulisan karya sastra harus kamu hindari, adalah karena ia memberikan kesan bahwa kamu sebagai penulisnya adalah orang yang malas dan tidak memiliki pikiran orisinal.

Menggunakan bahasa-bahasa klise terlalu banyak dapat merefleksikan tulisan yang tidak orisinal. Sementara menggunakan plot cerita dan karakter yang klise akan semakin membuat kesan tersebut semakin fatal. Untuk menghindarinya, sebaiknya kamu memang tidak menggunakan satu klise jika memang hal itu tidak memiliki daya tarik yang berbeda.

Sedapat mungkin sebagai penulis, kamu dapat memilih kapan waktunya kamu dapat menggunakan klise dan kapan pula waktunya kamu harus menghindarinya. Selama klise yang kamu gunakan memiliki daya tarik yang unik dan nilai orisinil yang tidak klise serupa miliki, maka kamu dapat menggunakannya.

Sebaliknya, jika klise itu hanyalah pengekor klise lain yang sama dan tidak memiliki nilai unik apa-apa untuk kamu tawarkan kepada pembaca selain perbedaan setting dan karakter, maka jangan gunakan klise tersebut.

10 Tips Penting Menghindari Klise dalam Penulisan Novel

Sekarang kita masuk dalam pertanyaan intinya; bagaimana caranya untuk menghindari klise dalam penulisan karya sastra seperti novel, cerpen, dan yang lainnya?

Nah, untuk memudahkan kamu dalam meminimalisir penggunaan klise dalam tulisanmu, kamu dapat menggunakan  10 cara sebagai berikut:

1. Jangan Mencuri atau Meminjam Dongeng

Tugas utama seorang penulis adalah menulis cerita, bukan meminjam atau justru mencurinya dari tempat lain kemudian memberinya baju baru supaya terlihat asli dan menarik.

Artinya jika kamu menemukan sebuah klise yang kamu ingin menulisnya menjadi cerita versi kamu sendiri, pertimbangkan dulu secara ketat klise tersebut. Jika kamu hanya mengenakan cat baru, tampilan baru dan pakaian baru pada klise itu tanpa ada improvisasi inti dari klise itu sendiri, maka hindari. Itu adalah salah satu bentuk klise yang membunuh imajinasi manusia.

Intinya dongeng yang kamu pinjam atau bahkan kamu curi dari tempat lain untuk kamu salin dalam kisahmu sendiri, tidak akan berakhir sempurna. Klise bagaimana pun akan dapat pembaca kenal sebagai sesuatu yang klise. Dan karena itulah ia menjadi tidak lagi menarik.

2. Hindari Godaan Sensasional

monochrome photo of person standing on hallway
Photo by Elīna Arāja on Pexels.com

Pada umumnya para penulis sangat tergoda untuk menulis dengan subyek yang dramatis. Dan itu sesuatu yang wajar. Peperangan narkoba, pembunuhan, penculikan, aborsi, kecelakaan mobil, amnesia dan perang adalah hal yang dramatis dalam penulisan, dan banyak penulis mengadopsinya.

Apakah menggunakan ide-ide seperti itu adalah sebuah kesalahan?

Tentu saja tidak, kamu bisa menggunakannya jika kamu mau. Akan tetapi sebelum kamu menggunakannya, kamu juga perlu tahu bahwa yang kamu hadapi adalah klise. Penulisan dengan ide mentah dramatis dapat benar-benar menjadi klise jika tidak ada penambahan bagian lain yang membuatnya lebih khas.

Artinya begini, jika kamu menulis cerita tentang karakter yang amnesia karena kecelakaan mobil kemudian menjadi lupa pada kekasihnya sendiri, maka itu adalah pola yang klise. Namun jika kamu menggunakan ide amnesia dan membuat konsep yang berbeda dari ide mentah ini menjadi sesuatu  yang lebih segar dan inovatif, maka itu bisa menjadi lebih menarik.

3. Sampaikan Cerita dengan Jujur dan Benar

Dalam banyak cerita tentang orang sukses, ada sebuah efek yang ingin pemberi cerita sampaikan bahwa keberhasilannya berawal dari kemiskinan, kesenggaraan dan kesulitan yang luar biasa. Untuk alasan ini pula kamu mungkin sering mendengar ada orang sukses hari ini yang dulunya adalah seorang pemulung, tukang angon bebek, penjual koran bahkan seorang gelandangan.

Kadang-kadang penulis juga terjebak dalam hal yang seperti ini. Keinginan untuk menyampaikan cerita secara dramatis namun kadang-kadang justru menciptakan klise yang kesekian kalinya. Menulis dengan dramatis itu memang bagus, namun jika untuk itu kamu harus tidak jujur dan justru bergelut dengan klise maka ini akan menjadi hal yang buruk.

Jika misalnya orang sukses yang kamu ceritakan tidak mengalami hal-hal dramatis seperti itu, tidak perlu menamnbahkannya sebagai acara memberikan kesan from zero to hero. Ini berlaku pula untuk contoh lain yang serupa seperti ini ketika improvisasi justru menciderai keaslian ceritanya sendiri.

Tidak penting apakah ia adalah kejujuran literal atau kebenaran imajinasi, pada akhirnya kejujuran dan kebenaran adalah senjata terbaik untuk berperang melawan klise.

4. Hindari Klise dalam Novel dengan Mempraktikkan Ketulusan

Cara terbaik selanjutnya dalam menghindari klise adalah dengan mempraktikkan ketulusan. Artinya jika memang satu materi penulisan kamu dapat berdasarkan imajinasi dan pengalamanmu sendiri, maka kamu berhak mengklaimnya. Namun jika itu bukan sesuatu yang orisinil berasal dari diri kamu sediri, maka jangan pernah mengklaimnya sebagai milikmu.

Tulus dalam hal ini berkaitan pula dengan menceritakan sesuatu yang memang hanya kamu dapat menceritakannya. Tentu saja ini tidak membatasi kamu untuk menulis hal yang bukan kisahmu sendiri, namun untuk menghindari klise dalam penulisan pastikan kamu menulis sesuatu yang memang kamu paling tepat untuk menceritakannya.

5. Jangan Terburu-buru

Seringkali seorang penulis pemula terjebak dalam klise ketika ia merasa bahwa kisahnya sendiri tidak menarik bagi pembaca. Untuk alasan ini, dengan terburu-buru kemudian ia mencari satu materi sensasional untuk ia tulis yang pada kenyataannya adalah bagian dari klise lagi.

Tidak perlu terburu-buru untuk menghadirkan sesuatu yang sensasional bagi pembaca jika kamu merasa bahwa materi yang kamu miliki belum cukup dramatis. Coba ambil beberapa waktu untuk berinvestasi dalam riset untuk membuat materi itu lebih baik. Pada konsekuensinya ini akan kembali kepada ketulusan seorang penulis untuk tetap menghormati inovasi dan orisinalitas karya sebagai bagian dari identitas.

Jadi, tips yang kelima ini adalah dengan menghindari terburu-buru dalam proses penulisan sehingga kamu hanya berfokus pada upaya sensasional semata.

Beri waktu untuk riset dan keaslian kamu sendiri. Dan jangan lupa pula, jangan menyamakan adrenalin kamu saat menulis dengan adrenalin pembaca saat membaca. Itu adalah dua hal yang berbeda.

6. Jangan Terjebak Kenyamanan

Para penulis pemula menyukai klise dengan satu alasan paling sederhana yaitu karena klise nyaman untuk mereka gunakan. Klise adalah satu versi komplit cerita siap saji yang benar-benar membuat penulis yang malas tinggal memolesnya sedikit kemudian menyajikan kepada pembaca.

Klise biasa berisi plot yang nyaman, setting yang mudah nyaman, karakter yang nyaman, konflik yang nyaman bahkan ending cerita yang juga nyaman. Kenyamanan dalam klise ini seperti marka jalan yang tinggal penulis ikuti saja. Tidak ada lagi inovasi dalam proses ini, klise adalah cetakan kue cerita yang siap untuk penulis jiplak dengan mudah.

Sayangnya jika kamu melakukan hal ini, kamu akan terjebak dalam malapetaka!

Plot yang nyaman mematikan imajinasi dan itu juga membunuh kreativitas dan keaslian. Artinya jika kamu tertarik untuk menggunakana klise karena kenyamanannya yang tinggal salin, kamu secara tidak langsung akan menghalangi diri kamu sendiri untuk memberikan satu pengalaman orisinal untuk pembaca berdasarkan imajinasimu sendiri.

7. Sorot yang Biasa secara Proporsional

Jika kamu menulis novel dengan jumlah kata lebih dari 50.000 maka bisa jadi salah satu bagian dalam novelmu akan terjebak dalam klise.

Ambil contoh jika kamu menuturkan tentang amnesia lagi, kamu mungkin akan terjebak klise bagaimana sulitnya situasi karena sang tokoh lupa pada orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, dan itu akan menghasilkan adegan-adegan dramatis.

Tetapi bagaimana jika kamu lebih bersahaja dengan menyoroti kemungkinan yang lebih besar secara proporsional?

Misalnya kamu menulis bahwa tokoh memang amnesia namun tidak serta merta seluruh ingatannya hilang. Beberapa memori paling kuat masih mampu untuk ia ingat, dan hal itu lebih umum terjadi dalam medis.

Menghindari klise dalam novel dapat kamu lakukan salah satunya adalah dengan menaikkan ‘materi yang biasa-biasa saja lebih tinggi’ dari klise. Beri bagian klise secukupnya, namun pada bagian yang terlihat normal, biarkan pembaca untuk melihatnya secara lebih komprehensif.

8. Hindari Klise dalam Novel dengan Menjauhi Melodrama

klise dalam novel
Photo by Ruvim on Pexels.com

Melodrama adalah satu adegan dramatisasi yang berlebihan sehingga corak orisinalitasnya sangat kabur. Dalam sudut pandang lain, melodrama adalah ketika kamu menggambarkan antagonis sebagai penjahat yang benar-benar jahat dan protagonis adalah korban yang penuh cahaya kebaikan.

Beberapa contoh melodrama yang cukup sering terjadi dalam sastra atau film misalnya adalah;

  • Seorang penjahat dengan baju serba hitam, sangar, kasar, penuh tato, bertindak gegabah, mencopet, berbicara tidak sopan dan memiliki penampilan yang sangat ‘jahat’.
  • Seorang yang mendapatkan banyak uang kemudian menghamburkan uangnya ke udara.
  • Seorang yang putus cinta kemudian berniat untuk bunuh diri.
  • Dan lain sebagainya.

Setiap tindakan yang berlebihan berpotensi untuk menjadi melodrama dan terlihat serampangan.

Pada beberapa jenis klise dengan bentuk melodrama seperti ini, stereotip juga memegang kendali dengan parah. Dalam penulisan novel dan apa pun sebenarnya, baik klise mau pun stereotip sama-sama bukan hal yang bagus.

9. Beri Lebih Banyak Ruang pada Kenyataan

Selanjutnya tips yang bisa kamu lakukan untuk menghindari klise dalam penulisan novel adalah dengan lebih banyak memberikan kenyataan yang asli untuk muncul dalam cerita. Plot yang nyaman, konflik yang nyaman bahkan hingga susunan kata demi kata yang juga tinggal poles, dapat kamu hindari dengan memberikan kenyataan yang sesungguhnya untuk tampil di permukaan.

Jadi, ketika kamu masuk dalam satu materi dengan klise yang kuat, coba tanyakan pada diri kamu sendiri; apa yang sebenarnya umum terjadi dalam kondisi tersebut?

Jika kepala seorang terbentur apakah mereka akan langsung amnesia? Tentu tidak, bukan? Nah, artinya kamu dapat mengeksplorasi bagian ini bahwa tidak semua benturan dapat menimbulkan amnesia. Bahkan peluang untuk itu pun sangat kecil.

Sekali lagi kuncinya untuk menghindari klise dalam novel adalah; sampaikan kenyataan yang sesungguhnya. Batasi melodrama yang cenderung berakhir dalam klise.

10. Batasi Melodrama dengan Substansi

Tips yang terakhir untuk menghindari klise sekaligus melodrama dalam penulisan fiksi seperti novel dan cerpen adalah dengan memberikan substansi dalam bagian-bagian yang akan berpotensi menjadi melodrama.

Adegan menampar, melemparkan air minum ke muka lawan bicara, berteriak histeris atau bahkan sesengukan di atas pemakaman adalah bagian dari melodrama. Tapi, apa intinya dari hal tersebut? Apa substansi paling penting dari semua adegan yang sangat dramatis seperti itu?

Melodrama tidak salah dalam penulisan fiksi namun kamu tetap harus membatasinya yang salah satu caranya adalah dengan memberikan substansi dari adegan cerita. Hadirnya materi dramatis dengan klise dan melodrama yang merajalela akan terasa kosong jika substansinya sendiri tidak kamu hadirkan secara kuat.

Intinya pembaca harus mendapatkan informasi yang cukup mengenai apa inti dari semua rangkaian kejadian dalam novel atau kisah fiksi yang kamu tuliskan.

Baca Juga:

Penulis Gunung Vector

Anton Sujarwo

Saya adalah seorang penulis buku, content writer, ghost writer, copywriters dan juga email marketer. Saya telah menulis 19 judul buku, fiksi dan non fiksi, dan ribuan artikel sejak pertengahan tahun 2018 hingga sekarang.

Dengan pengalaman yang saya miliki, Anda bisa mengajak saya untuk bekerjasama dan menghasilkan karya. Jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email, form kontak atau mendapatkan update tulisan saya dengan bergabung mengikuti blog ini bersama ribuan teman yang lainnya.

Tulisan saya yang lain dapat dibaca pula pada website;

Saya juga dapat dihubungi melalui whatsapp di tautan ini.

Fortopolio beberapa penulisan saya dapat dilihat disini:

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *